26 Negara Bagian AS Tolak Terima Pengungsi Suriah
Setidaknya 26 dari 50 negara bagian Amerika Serikat (AS) menolak untuk menampung imigran Suriah, mengikuti rencana Presiden AS Barack Obama.
Penulis: Ruth Vania C
Editor: Adi Suhendi
Laporan wartawan Tribunnews.com, Ruth Vania Christine
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Setidaknya 26 dari 50 negara bagian Amerika Serikat (AS) menolak untuk menampung imigran Suriah, mengikuti rencana Presiden AS Barack Obama.
Obama sebelumnya sudah mengumumkan, merespon maraknya imigran ilegal dan semakin banyaknya imigran yang membanjiri Eropa, bahwa AS akan menampung 10 ribu pengungsi Suriah.
Namun, New York Times mengatakan setidaknya 26 negara bagian AS menentang rencana tersebut. Bahkan, gubernur 19 negara bagian bersumpah akan memblokir akses masuk pengungsi ke wilayah mereka.
Hampir semua berargumen bahwa keamanan AS tengah di ambang bahaya, terlebih setelah tragedi serangan teror Paris, di mana seorang pelakunya diketahui memiliki paspor Suriah dan masuk ke Perancis sebagai imigran.
"Saya tidak tertarik menerima pengungsi dari Suriah. Kami harus lebih berhati-hati menerima imigran, apalagi jika belum diketahui seperti apa rencana pemerintah (untuk menempatkan para pengungsi itu)," kata Gubernur Massachusetts, Charlie Baker.
Selain itu, menurut Reuters, sejumlah tokoh partai Republik mengatakan membiarkan aliran masuk pengungsi ke AS juga akan sangat berisiko.
Akan tetapi, penolakan atas pengungsi Suriah itu kemudian direspon negatif aktivis dan advokat pengungsi yang mengatakan penolakan itu hanya akan menargetkan korban kekerasan dari Suriah, bukan pelaku terornya.
"Mereka juga merupakan korban dari teror (yang mereka dapatkan di negara asalnya), sama seperti yang kita takutkan," jelas vice president organisasi non-profit untuk pengungsi HIAS, Melanie Nezer.
Sebelumnya, Obama sudah menjelaskan bahwa AS memiliki moral untuk tetap menerima pengungsi dan mengkritik beberapa kandidat capres AS yang mengatakan AS harus fokus melindungi yang non-Muslim saja.
"Kami tidak menanya-nanyai apa agama mereka ketika (menerima pengungsi). Itu bukan jati diri (bangsa AS)," ucapnya. (New York Times/Reuters)