Surat Bersejarah Mao Zedong Bakal Dilelang Diatas Rp 2 Miliar
Rencananya, surat Mao ini akan dilelang bulan depan.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, TIONGKOK - Surat bersejarah dari pemimpin Partai Komunis Cina Mao Zedong meminta Politikus Partai Buruh Inggris Clement Attlee untuk memberikan dukungan bagi Cina bakal dilelang.
Surat bersejarah itu bakal dibuka 100.000 Pound Sterling atau senilai Rp 2.059.286.975 (1 Pound Sterling=Rp20,600).
Rencananya, surat Mao ini akan dilelang bulan depan.
Surat yang ditandatangani oleh Mao pada tanggal 1 November 1937 itu, dikirimkan sebelum Attlee menjadi Perdana Menteri Inggris Raya.
Surat bersejarah Mao ini adalah komunikasi perdana antara pemimpin komunis dan setiap politisi Barat.
Ditulis dari kota Yan'an, bagian terpencil dari Cina Utara--tempat Komunis mendirikan kantor pusat setelah invasi Jepang.
Dari Yan'an, Cina mendesak bantuan dari Inggris dalam perang melawan imperialisme Jepang.
Dalam suratnya Mao berkata: "kami meminta bantuan Anda terutama untuk memberikan dukungan Partai ke langkah-langkah praktis dan bantuan Inggris Raya ke Cina."
"Kami percaya bahwa orang-orang Inggris, ketika mereka tahu kebenaran tentang agresi Jepang di Cina, akan bangkit untuk mendukung orang-orang Cina. Bahkan akan merencanakan bantuan dan akan memaksa pemerintah mereka sendiri untuk mengadopsi kebijakan yang aktif perlawanan terhadap bahaya yang akhirnya mengancam mereka juga."
"Hidup damai bangsa-bangsa Demokrat melawan fasisme dan perang imperialis."
Surat ini diharapkan dapat laku terjuaL antara 100.000-150,000 Pound Sterling di Sotheby di London pada 15 Desember mendatang.
Gabriel Heaton, spesialis di Sotheby, dalam buku dan manuskripnya mengatakan, "ini berusaha mendatangkan bantuan dari Inggris untuk melawan Jepang. Ini adalah contoh luar biasa awal Mao terlibat dalam diplomasi internasional, dan adalah contoh yang sangat langka adanya tanda tangan Mao.
"Ini adalah dokumen kedua yang ditandatangani oleh Mao muncul dalam pasar lelang internasional dalam beberapa dekade terakhir." (The Guardian)