ISIS Sepanjang 2015: Dari Kekerasan Hingga Islamofobia
Tak hanya korban nyawa, tetapi juga korban secara material
Penulis: Ruth Vania C
![ISIS Sepanjang 2015: Dari Kekerasan Hingga Islamofobia](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/20140905_232924_jurnalis-kecam-pembunuhan-wartawan-oleh-isis.jpg)
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Selama tahun 2015, kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) terpantau tetap menjadi bahan pergunjingan dunia, sebab kelompok itu terus melakukan serangan dan aksi kekerasan yang menelan banyak korban.
Tak hanya korban nyawa, tetapi juga korban secara material, mengingat peperangan yang dilakukan di Irak dan Suriah membuat berjuta warga di sana terpaksa mengungsi keluar dari kampung halamannya untuk menyelamatkan diri dan mengubah nasib hidup.
Menurut penelusuran Tribunnews, tahun 2015 ini dibuka oleh bertubinya berita terkait kekerasan dan kekejaman yang terjadi di wilayah teritorial ISIS, yaitu Irak dan Suriah, dan sekitarnya, lalu ditutup oleh gencarnya insiden serangan yang menelan korban nyawa di luar Timur Tengah, bahkan hingga di negara-negara Barat.
Sebuah ironi pun seperti terjadi, mengingat negara-negara Barat yang awalnya membuka diri terhadap pengungsi Timur Tengah yang membanjiri Eropa, kemudian berakhir meragukan dan malah menolak para pengungsi, lantaran keberadaan teroris dikhawatirkan ada di antara rombongan imigran yang menjadi sebuah krisis bagi Uni Eropa itu.
Rasa kemanusiaan yang awalnya menyambut pengungsi Timur Tengah yang mayoritas muslim itu kemudian seperti diakhiri oleh rasa kebencian dan ketidakpercayaan, yang lalu berujung pada Islamofobia.
Sasar non-muslim dan sesama muslim
Mengawali 2015, ISIS dikabarkan terus terlibat dalam aksi-aksi eksekusi yang dikatakan sadis dan mengerikan, yang menjadikan baik kaum non-muslim dan muslim menjadi korbannya.
Satu contohnya adalah pengeksekusian 21 umat Kristen Koptik Mesir yang diculik oleh militan ISIS, yang kemudian berujung pada kemarahan masyarakat Mesir yang menuntut balas dendam.
Pengeksekusian itu diperlihatkan dalam sebuah video yang menampilkan pemenggalan 21 jemaat Kristen Koptik itu, yang kemudian beredar di dunia maya.
Aksi kejam itu lalu membuat Presiden Mesir, Abdel Fattah al-Sisi, naik pitam.
Atas itu, Mesir melancarkan serangan udara menyasar ISIS pada 26 Februari 2015.
"Kami menegaskan bahwa pembalasan atas darah rakyat Mesir yang telah tumpah serta atas perbuatan para penjahat dan pembunuh itu adalah kewajiban yang harus kita lakukan," demikian pernyataan kemiliteran Mesir, dikutip Asia One.
Ternyata tak hanya kaum non-muslim yang menjadi sasaran ISIS.
Pada 22 Mei 2015, ISIS mengklaim militannya melakukan aksi bom bunuh diri di sebuah masjid Syiah di Al-Quyadh, Arab Saudi, yang menewaskan 30 jemaah yang tengah salat Jumat di sana.