Kemenangan Rakyat Inggris yang Nasionalis
Yang lebih menarik adalah, kekalahan kubu Cameron dan kawan-kawan nyaris bukan merupakan harapan bagi banyak kalangan di dunia.
Penulis: Rachmat Hidayat
Editor: Malvyandie Haryadi
"Tapi apalah arti komitmen dua negara ini jika Inggris keluar. Sementara kubu Inggris yang bersikeras keluar dari UE lebih disebabkan kesadaran bahwa selama bergabung dengan UE, nilai Pound Sterling terus melemah."
Di balik ini, menurut Noorsy, Inggris menyuarakan kepentingan nasionalnya.
Dampak seketika dari hasil referendum itu adalah, semua pasar uang melemah karena memang London merupakan pusat perdagangan mata uang asing (forex) dan komoditas strategis seperti emas, perak, minyak dan pasar derivatif lainnya.
Hanya mata uang Yen yang bertahan. Lalu sebagian kalangan menyebutkan bahwa masa depan perekonomian global makin tidak jelas.
Volatilitas makin menjadi, sementara Inggris sendiri terancam resesi di saat AS sudah menuju resesi.
Secara khusus dampak terhadap Indonesia lebih karena sentakan perekonomian global yang terpengaruh oleh keputusan referendum.
Ini disebabkan Inggris dan UE tidak termasuk dalam 10 negara berpengaruh dalam ekspor dan impor ke Indonesia.
Karena itu BI memberi sinyal aman. Sedangkan dari utang luar negeri Indonesia, dari total utang 318,979 miliar dolar AS, mata uang dolar AS menguasai 69,07 persen, dan dalam bentuk Pound Sterling hanya 349 juta dolar AS.
Serta dalam bentuk Euro money sebanyak 8.294 juta dolar AS atau sekitar 0,026 persen dari total utang luar negeri.