Terancam Punah, Perdagangan Belut Dunia Akan Dikaji
Usulan Uni Eropa adalah untuk mempelajari penangkapan global serta ekspor impor belut.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Hasanudin Aco
“Varietas dari Eropa tau Perancis terlalu banyak kandugnan lemaknya, sehingga tidak cocok dengan saus Jepang yang khusus untuk belut air tawar. Dan belut dari Amerika utara tidak memiliki cukup kandungan lemak sehingga terlalu renyah,” ujar Suzuki.
Kultur air (aquaculture) tidak dapat meniru siklus hidup belut, yang hanya berkembang biak sekali seumur hidup.
Hal ini merupakan tantangan bagi petani perairan. Seperti Lee Jae-jung, mantan insinyur di pembangkit listrik tenaga nuklir, yang telah bergelut dengan belut licin selama hampir 30 tahun dan sekarang memproses 190.000 ekor belut setiap tahun.
“Belut tidak dapat dikembangbiakkan secara artifisial. Hampir semua belut yang diternakkan berasal dari laut. Belut-belut ini dikembangbiakkan di Filipina. Kami menangkapnya jika mereka berenang ke perairan tawar dari laut,” ujar Jae-jung.
Dengan melonjaknya harga belut di restoran dan toko, sepertinya pemilik peternakan seperti yang ada di Korea akan senang. Namun ternyata tidak demikian keadaannya.
“Saat harga belut naik, konsumen cenderung makan lebih sedikit karena mahal. Jadi kami terkena dampak pengurangan konsumsi belut. Namun operasi kami dapat bertahan dalam krisis lebih baik dari kebanyakan yang lainnya,” ujar Jae-jung.
Dalam satu tahun terakhir, harga yang tinggi telah memaksa sekitar satu pertiga restoran belut di Korea Selatan dan Jepang untuk tutup.
Para pemilik restoran lain, seperti Suzuki, mendukung pembatasan perdagangan varietas japonica untuk mempertahankan harga yang tinggi.
“Jika harga turun, toko serba ada dan toko swalayan akan berkompetisi dengan kami untuk pasokan yang terbatas, dan restoran belut tidak akan mendapat jumlah yang cukup,” ujarnya.
Beberapa ahli konservasi mengatakan bahwa diperlukan langkah yang lebih tegas, seperti melarang penangkapan belut dewasa dan membatasi secara ketat penangkapan belut muda. Jika tidak, beberapa belut ini, yang telah hidup puluhan juta tahun, akan punah. (NHK/VOA Indonesia)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.