Malaysia Akan Pemilu, Incumbent PM Najib Razak Siapkan Kebijakan Populis
Mengutak-atik instrumen anggaran menjadi peluang terbaik bagi Najib untuk mendapat dukungan publik.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, KUALA LUMPUR- Pemilihan umum (pemilu) Malaysia masih akan digelar tahun 2018 mendatang. Hanya, sebagai petahana, Perdana Menteri Malaysia Najib Razak tak mau kehilangan posisi pada pemilu mendatang.
Untuk merebut simpati publik, Najib yang juga petinggi partai politik berkuasa di Malaysia yakni Partai United Malays National Organisation (UMNO) dikabarkan akan mengeluarkan kebijakan populis di tahun depan.
Sebab, reputasi Najib Razak tengah menurun lantaran disebut-sebut terlibat dalam dugaan kasus korupsi di perusahaan investasi Pemerintah Malaysia, 1Malaysia Development Berhad (1MDB).
Seperti dikutip Reuters, Najib kemungkinan akan membuat sejumlah kebijakan populis dalam bujet tahun anggaran 2017. Sejumlah kebijakan ditimbang-timbang, seperti kenaikan bujet untuk rumah tangga miskin, pemotongan pajak bagi kelas menengah dan anggaran khusus untuk perumahan.
Kebijakan itu diharapkan bisa meredam pemilih yang tidak suka dengan kepemimpinannya sekaligus untuk meningkatkan daya beli masyarakat.
Mengutak-atik instrumen anggaran menjadi peluang terbaik bagi Najib untuk mendapat dukungan publik.
Namun risikonya, defisit fiskal Malaysia bakal melebar yang bisa berakibat peringkat utang Malaysia diturunkan.
Pada paruh pertama tahun ini, defisit fiskal Malaysia tercatat sebesar 5,6% dari produk domestik bruto (PDB).
Rasio tersebut jauh dari target tahun ini yang sebesar 3,1% PDB. Defisit anggaran yang melar membuat utang Malaysia menumpuk. Ini terlihat dari rasio utang yang mencapai 55% dari PDB.
Sebagai perbandingan, rasio utang Malaysia tercatat hanya sebesar 43% dari PDB pada tahun 2008 silam.
Ekonomi Malaysia juga terus melambat dalam empat kuartal terakhir akibat efek penurunan harga minyak.
Pada kuartal II 2016 lalu, ekonomi Malaysia hanya tumbuh 4%. Di akhir tahun, ekonomi Negeri Jiran tersebut diperkirakan tumbuh 4%-4,5%.
Wellian Wiranto, ekonom OCBC di Singapura mengatakan, anggaran Malaysia di tahun depan bakal menjadi lebih penting dari bujet yang sebelumnya.
Terlebih kebijakan populis acap menjadi fokus Najib sejak menjadi Perdana Menteri Malaysia tahun 2009 silam.
Ia menilai, dalam penyusunan anggaran tahun depan, Najib tentu akan lebih memperhitungkan soal politik.
"Orang-orang akan selalu mengingat barang terakhir yang mereka miliki, dan semakin banyak barang yang dapat diberikan, secara politik itu akan lebih baik," ujar dia memprediksi.
Reporter: Khomarul Hidayat