Ifa Isfansyah dan Penata Skrip Baru Bertemu di Jepang Setelah Film Ditayangkan
Sutradara Ifa Isfansyah dan penata skrip Film "Catatan Dodol Calon Dokter" (Cado Cado) Chadijah B Siregar baru bertemu di Tokyo Jepang.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Sutradara Ifa Isfansyah dan penata skrip Film "Catatan Dodol Calon Dokter" (Cado Cado) Chadijah B Siregar untuk pertama kalinya baru bertemu di Tokyo Jepang saat filmnya ditayangkan untuk umum.
Keduanya mengisahkan pertemuan pertama mereka di Tokyo khusus kepada Tribunnews.com, Sabtu (29/10/2016).
"Saya baru pertama kali bertemu Chadijah sekarang ini, saat pemutaran film di Tokyo, karena dia tinggal di Denven Amerika Serikat bukan di Indonesia," kata Ifa yang mata kanannya agak sakit, namun masih bisa berbicara sambil tersenyum.
Hal seperti itu menurutnya bisa saja terjadi, bikin film sejak awal hingga ditayangkan belum pernah bertemu secara fisik.
"Semua selama ini dilakukan lewat internet, email, skype sehingga bisa komunikasi. Tetapi kalau ketemu fisik di darat baru sekarang ini, bahkan di Tokyo bukan di Indonesia," kata Ifa.
Kemajuan teknologi memungkinkan hal tersebut terjadi dalam pembuatan sebuah film, garapan kerja sama Indonesia dan Korea. Mengapa pilih Korea?
"Ya supaya kita bisa punya market di Korea mungkin ya selain di Indonesia dan negara lain, Jadi biar ada link internasional dengan Korea. Selain itu produksi film juga telah dihapuskan dari daftar negatif investasi di mana asing hanya maksimum 49 persen kini bisa mayoritas di Indonesia," kata dia.
Pertanyaan mengapa kerja sama dengan pihak Korea juga muncul saat Q&A tanya jawab sesuai penayangan film tersebut kemarin malam.
Belum lama ini penayangan sebuah film Warkop sempat laris hingga mencapai jumlah penonton mendekati angka 7 juta orang.
"Kalau sudah laris begini biasanya bermunculan produksi film baru. Namun ditakutkan kualitas rendah sehingga jumlah penonton menurun lagi nantinya. Terjadi saat 2008 muncul film Laskar Pelangi lalu bermunculan film-film baru namun drop lagi jumlah penonton karena kualitasnya film-film baru kurang baik," kata dia.
Ifa juga berharap film Indonesia dapat diterima di pasar Jepang.
Kehadirannya tahun 2014 sebagai pengorganisir festival film Yogya, baru kali ini sebagai sutradara film panjang yang terpilih tampil di Tokyo dalam Festival Film Internasional Tokyo (TIFF).
"Semoga saja film Indonesia dapat lebih dikenal lagi di Jepang karena film saya dan 11 film Indonesia lainnya tampaknya banyak penontonnya. Bahkan penonton film Cado-Cado ini membeludak, banyak orang tidak kebagian karcis saat ini," katanya.
Ifa tak menyangka filmnya Cado-cado banyak penonton karena semula hanya fokus pada pasar lokal saja.
Salah satu bioskop di Tokyo Iwanami Hall fokus pada film-film Asia diharapkannya juga dapat semakin memicu rasa cinta rakyat Jepang kepada film-film Indonesia.
"Film karya istri saya Kamila Andini pernah ditayangkan di sana, syukurlah cukup ramai penontonnya," kata Ifa.
Ifa berharap dari satu bioskop tersebut akan lebih banyak lagi bioskop di Jepang lainnya bisa menerima film Indonesia untuk ditayangkan beberapa lama di Jepang.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.