ISIS Mulai Sasar Anak-anak Selipkan Bom di Boneka dan Mainan
Kelompok ISIS mulai menargetkan serangannya terhadap anak-anak, dengan menyelipkan bom rakitan dalam boneka dan mainan.
Penulis: Ruth Vania C
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ruth Vania
TRIBUNNEWS.COM, MOSUL - Kelompok ISIS mulai menargetkan serangannya terhadap anak-anak, dengan menyelipkan bom rakitan dalam boneka dan mainan.
Kini boneka beruang atau kelinci bukan lagi menjadi mainan yang lucu dan menggemaskan untuk anak-anak di Irak.
Mainan-mainan tersebut, termasuk mobil-mobilan berwujud truk mainan, sudah menjadi alat ISIS untuk melakukan serangan mematikan.
Di balik boneka-boneka berbulu dan berwarna mencolok serta truk mainan itu diselipkan bom rakitan.
Upaya pasukan koalisi untuk mengusir ISIS keluar dari Mosul, Irak, rupanya telah membuat militan ISIS semakin kreatif dalam membuat serangan.
Apalagi, militan mereka sudah semakin sedikit karena banyak yang tewas ditumpas pasukan koalisi dan Kurdi.
"ISIS sampai menggunakan benda-benda seperti boneka beruang atau kelinci, karena mereka tahu mainan seperti itu tidak akan dicurigai pasukan Kurdi," kata seorang teknisi pasukan Kurdi, Kolonel Nawzad Kamil Hassan.
Tak hanya mainan, benda-benda apapun yang dinilai tak mencurigakan juga tak kelewatan untuk diselipkan bahan peledak.
Dari kartu mainan, jam rusak, sampai tumpukan baju-baju bekas, semua bisa jadi media peledak bagi ISIS.
Benda-benda tersebut kemudian digeletakkan begitu saja di jalanan Mosul dan segera meledak ketika dipungut.
Upaya menyelipkan bom di dalam mainan itu dilakukan untuk menargetkan anak-anak dan orang-orang dewasa yang berada di sekitarnya.
"Setiap hari ada saja kreasi peledak baru. Pasukan kami sudah menemukan berbagai macam," lanjut Nawzad Kamil Hassan.
Mosul telah berada di bawah kendali ISIS sejak Juni 2014 dan pasukan Pemerintah Irak kini tengah mengupayakan ambil alih kendali.
Sebelumnya, upaya tersebut didahului serangan-serangan dari pasukan koalisi AS yang bertujuan untuk menumpas keberadaan ISIS. (Daily Mail/Syrian TV)