Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kaum Muslim Dunia Mulai Was-was dengan Kemenangan Donald Trump

Yang lainnya gelisah presiden terpilih itu akan memberlakukan janji kampanye untuk menahan Muslim masuk ke Amerika.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Kaum Muslim Dunia Mulai Was-was dengan Kemenangan Donald Trump
AFP/Kena Betancur
Seorang perempuan Muslim berpartisipasi dalam demonstrasi melawan Donald Trump di New York, 20 Desember 2015. 

TRIBUNNEWS.COM, AS - Beberapa Muslim takut Trump mungkin mendorong pandangan bahwa ASmenyimpan permusuhan terhadap Muslim dan hal itu akan menghambat upaya-upaya kelompok Islam untuk melawan radikalisasi.

Banyak Muslim di seluruh dunia menyatakan kekhawatirannya, Rabu (9/11/2016), terhadap pemilihan Donald Trump sebagai presiden Amerika, dengan mengatakan bahwa mereka takut hal itu akan meningkatkan ketegangan antara Barat dan Islam dan berkontribusi pada radikalisasi.

Meskipun presiden Mesir telah menyelamati Trump, warga Muslim biasa khawatir kemenangannya akan menjadi hadiah propaganda bagi kelompok-kelompok jihadis. Yang lainnya gelisah presiden terpilih itu akan memberlakukan janji kampanye untuk menahan Muslim masuk ke Amerika.

"Trump telah mendukung retorika yang sangat membakar melawan Muslim. Para pemilih di sana akan berharap ia memenuhi janjinya. Hal itu membuat saya khawatir mengenai dampak terhadap Muslim di AS dan di seluruh dunia," ujar Yenny Wahid, aktivis dan politisi Muslim, putri mantan presiden Abdurrahman Wahid.

Baca: Trump Menang, Indonesia Akan Dibanjiri Barang Impor dari China, Ini Sebabnya

Baca: Demo Anti-Trump Meluas, Warga AS Bobol Toko hingga Bakar Bendera

Baca: Din Syamsuddin Nilai Donald Trump Lebih Parah dari George Bush

Populasi Muslim yang mencapai 1,6 miliar di dunia mengikuti beragam sekte dan madzhab, mencakup mayoritas penduduk di berbagai negara mulai dari Indonesia, Pakistan, Arab Saudi, Senegal dan Albania, dan memiliki pandangan politik yang berbeda-beda.

Namun komentar-komentar Trump sebelumnya tentang Muslim, bahwa mereka yang datang dari luar negeri harus dilarang masuk atau diinterogasi secara intens sebelumnya, dan kehadiran para aktivis anti-Islam yang vokal di antara para pendukungnya, telah membuat banyak orang waswas.

Dalam kampanye pemilihan presiden yang pahit, Trump juga menyerang para lawannya yang menurutnya menyangkal ancaman dari militan Islam, yang ia katakan "datang ke tanah air kita." Ia menambahkan bahwa ia akan segera membentuk komisi mengenai hal ini.

Berita Rekomendasi

Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi merupakan salah satu pemimpin dunia pertama yang mengucapkan selamat kepada Trump lewat telepon, menurut kantor Sisi.

Banyak warga Mesir lainnya juga menyambut kemenangannya, dengan mengatakan bahwa catatan publik lawannya, Hillary Clinton, membuatnya tidak memiliki banyak teman di negara Arab berpenduduk terbanyak itu.

Clinton, yang menjabat sebagai menteri luar negeri selama gerakan kebangkitan Arab tahun 2011, tidak populer di kalangan rakyat Mesir. Banyak di antara mereka yang mendukung revolusi melihatnya sebagai pendukung lama Hosni Mubarak, otokrat yang mereka gulingkan dari kekuasaan.

Namun di tempat lain, Muslim-muslim lain melihat Trump sebagai tokoh berbahaya.

"Apa yang terjadi di Amerika berdampak pada semua orang dan dengan semua janji-janji malapetaka dari Trump terhadap kulit hitam, Muslim, minoritas, itu bukan sesuatu yang membuat kita gembira," ujar Ganiu Olukanga, warga Muslim di ibukota Nigeria, Lagos.

Beberapa Muslim, termasuk Yenny, mengatakan mereka takut pemilihannya sebagai presiden mungkin mendorong pandangan bahwa Amerika Serikat menyimpan permusuhan terhadap Muslim dan hal itu akan menghambat upaya-upaya kelompok Islam untuk melawan radikalisasi.

"Kemenangan Trump akan menjadi hadiah besar bagi gerakan jihadis yang sedang gagal, yang sekarang memiliki alasan baru. Jika ideologi jihad memiliki sumber untuk bertahan, hal itu adalah citra AS sebagai pejuang perang anti-Muslim. Mereka akan betul-betul memanfaatkan kemenangan Trump," ujar Ammar Rashid, akademisi dan anggota Partai Pekerja Awami di Pakistan, dalam Twitter.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas