Cerita Pengungsi Rohingya 'Tentara Myanmar Membunuh Ayah dan Kakak Saya'
Ratusan orang warga minoritas Rohingya tiba di Banglades setelah melarikan diri dari kekerasan di Myanmar.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, DHAKA - Ratusan orang warga minoritas Rohingya tiba di Banglades setelah melarikan diri dari kekerasan di Myanmar.
Demikian disampaikan pemimpin masyarakat setempat, Selasa (22/11/2016).
Ratusan pengungsi yang berhasil melintasi perbatasan Banglades, datang dengan setumpuk kesaksian soal kekejaman tentara yang membunuh warga dan membakar desa.
"Tentara Myanmar membunuh ayah dan kakak saya. Saya bersembunyi di bukit lalu berjalan dan merenangi sungai sebelum berlindung di sebuah masjid di Banglades," kata Mohammad Amin (17).
Baca: Laporan HRW: 1.000 Lebih Rumah Kaum Rohingya Dimusnahkan
Amin menambahkan, dia dan 15 orang lainnya kabur dari kampung mereka di negara bagian Rakhine, Myanmar lima hari lalu dan tiba di Banglades setelah berenang menyeberangi Sungai Naf yang memisahkan kedua negara.
"Sejauh mata saya memandang, saya hanya melihat rumah-rumah yang terbakar. Saya tak tahu bagaimana nasib ibu dan saudara perempuan saya," lanjut Amin.
Pengungsi Rohingya lain yang tiba di Banglades adalah Zohra Khatun (25), yang melarikan diri bersama tujuh anaknya setelah desanya habis dibakar.
Perempuan ini mendapatkan pertolongan dari kerabatnya yang sudah tinggal di sebuah kamp pengungsi di Banglades.
"Saya menunggu dua hari sebelum saya mendapatkan kesempatan menyeberangi sungai dan tiba di sini," ujar Zohra.
Kerabat Zohra yang tak mau disebutkan namanya mengatakan, di kamp itu ditampung setidaknya 100 keluarga selama dua hari terakhir.
Ratusan orang yang masuk ke Banglades ini terbilang beruntung, sebab pasukan penjaga perbatasan Banglades sehari sebelumnya mengusir 300 orang Rohingya dari perbatasannya.
"Kami mencegah mereka melintasi perbatasan, terutama mereka yang mencoba melintasi perbatasan yang dihalangi pagar kawat," kata komandan pasukan penjaga perbatasan Banglades.
Sumber: AFP