Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Gatot Nurmantyo Disebut Media Australia Ingin Jadi Presiden

Semua keputusan itu dilakukan Gatot Nurmantyo secara sepihak, tanpa referensi dari Presiden Joko Widodo.

Penulis: Ruth Vania C
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Gatot Nurmantyo Disebut Media Australia Ingin Jadi Presiden
Adiatmaputra Fajar
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo 

TRIBUNNEWS.COM, CANBERRA - Hentikan kerja sama militer dengan Australia, Panglima TNI  Jenderal TNI Gatot Nurmantyo disebut sejumlah media Australia berambisi jadi presiden.

Beberapa media Australia menyorot keputusan Gatot Nurmantyo untuk menghentikan kerja sama militer antara TNI dengan Australia.

Media-media tersebut termasuk seperti Sydney Morning Herald, Fairfax Media, dan Australian Financial Review.

Dalam artikel Sydney Morning Herald yang berjudul 'Why Indonesian General Gatot Nurmantyo Halted Military Ties with Australia', dibahas alasan di balik keputusan tersebut.

Seorang sumber yang tak disebutkan namanya mengatakan pada Fairfax Media bahwa Gatot Nurmantyo sebenarnya memiliki ambisi untuk terjun di dunia politik.

Hal itu terlihat dari keputusan Gatot Nurmantyo untuk menghentikan kerja sama militer dan menarik prajurit-prajurit terbaiknya dari pelatihan khusus militer di Australia.

Semua keputusan itu dilakukan Gatot Nurmantyo secara sepihak, tanpa referensi dari Presiden Joko Widodo.

Baca: Panglima TNI Tak Akan Berunding ke Australia Sebelum Ada Hasil Investigasi

Berita Rekomendasi

Gatot Nurmantyo juga seakan membesar-besarkan kasus pelecehan Pancasila dan TNI di publik, yang seharusnya ditangani tanpa harus mengangkatnya ke ranah publik.

"Gatot malah memicu agar kasus ini meledak. Padahal, seharusnya ditangani secara diam-diam," kata seorang sumber tersebut.

"Gatot tampaknya berambisi untuk menjadi seorang presiden atau wakil presiden," katanya.

Sang sumber juga mengatakan Gatot Nurmantyo memanfaatkan kasus ini dan keputusannya tersebut untuk menaikkan citra nasionalismenya.

"Ini menjadi cara yang baik baginya untuk mendongkrak citra nasionalismenya," kata sumber itu lagi.

Seorang profesor politik internasional Deakin University Damien Kingsbury pun menyebut sebenarnya keputusan menghentikan kerja sama militer itu tidak biasa.

"Beliau (Gatot) harusnya tahu pasti bahwa dampak dari keputusan menghentikan kerja sama itu berpengaruh pada hubungan bilateral kedua negara," ucap Damien Kingsbury.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas