Efiq Zulfiqar, Seniman Sunda yang Berkarya di Australia
Siapa menyangka di sebuah kota satelit sepi dekat Brisbane, Caboolture, tinggal seorang seniman Sunda hebat.
Editor: Sanusi
Berbekal gelar Sarjana Seni, Efiq mulai mengembangkan sayapnya dan bergabung dengan beberapa group musik di Indonesia. Sebutlah, Idea, Zithermania, Jugala All Star, Sambasunda dan juga Krakatau.
Tidak lama kemudian Efiq mulai membawa musiknya ke luar negeri.
“Pada waktu bergabung dengan Krakatau, saat itulah pengalaman pertama saya ke luar negeri," ungkap dia.
"Negara pertama yang saya kunjungi adalah Australia. Waktu itu kita pentas di Manly Jazz Festival di Sydney tahun 1997,” kata Efiq.
“Kemudian tahun 2000 di Cannes Perancis dan kita tour lagi ke Australia di tahun yang sama,” imbuhnya.
Setelah bergabung dengan Jugala All Star dan Sambasunda, Efiq tour ke beberapa negara di Eropa dan Asia.
Pengalaman di luar negeri itu menjadi sangat berguna bagi Efiq, sehingga semakin kuat niatnya untuk bergabung dengan seniman di panggung Internasional.
“Selain bisa berekspresi sebagai musisi, saya juga bisa mengapresiasi musisi-musisi dari berbagai negara,” kata dia.
Saat itu, Efiq juga bisa menuangkan ide-ide dengan menulis komposisi musik.
“Beberapa komposisi yang saya tulis di antaranya, Mandeh Lah Ondeh, Sweet Talking With Oling, Sisidueun, Kool n’ Trunk, Janari Kecil, Bentol Soca, dan Ronggeng Imut,” kata Efiq.
Sebelum memilih untuk tinggal betah di Australia, pada tahun 2002 Efiq diundang sebagai Musician in Residence oleh yayasan AIAA.
Dia diminta mengajar gamelan di community group dan sekolah-sekolah di Australia.
Di Australia, Efiq memainkan alat-alat musik tradisional, sekaligus mempromosikan kekayaan seni dan budaya Indonesia.
Dia juga melakukan workshop gamelan dan konser ke sekolah-sekolah di beberapa tempat di Australia.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.