Mencermati Pidato Trump Saat Dilantik Jadi Presiden Amerika
Ada yang menarik untuk mencermati pidato Donald Trump setelah pelantikannya sebagai Presiden AS.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Donald Trump dan Mike Pence, Jumat (20/1/2017), resmi menjadi Presiden ke-45 Amerika Serikat (AS) setelah membacakan sumpahnya di Washington DC.
Usai pelantikannya, Donald Trump menyampaikan pidatonya.
Ada yang menarik untuk mencermati pidato Donald Trump setelah pelantikannya sebagai Presiden AS.
Ada beberapa hal yang dapat dicatat dari isi pidato tersebut.
Meski pidato tersebut ditujukan untuk rakyat AS dalam menggelorakan semangat baru namun pidato tersebut sepertinya ditujukan juga kepada masyarakat dunia, menurut Guru Besar Hukum Internasional UI, Hikmahanto Juwana kepada Tribun, Sabtu (21/1/2017).
Pertama, Trump menganggap penting lapangan pekerjaan bagi rakyat AS dan itu yang akan mewarnai kebijakan-kebijakan yang akan dibuat.
Kedua patriotisme dibangun dengan slogan-slogan American First kemudian juga Buy and Hire Americans.
"Bahkan kebijakan yang terkait dengan perdagangan, pajak, keimigrasian dan masalah luar negeri dinyatakan akan memperhatikan keuntungan bagi pekerja Amerika dan keluarganya," ujar Guru besar UI ini.
Ketiga Trump seolah tidak mau lagi AS berperan sebagai polisi dunia dengan biaya dari AS yang memungkinkankan negara lain menjadi lebih sejahtera dan aman daripada Amerika sendiri.
Keempat, Trump sangat berani dalam pidato kenegaraannya yang menyebut teroris dengan sebutan Islamic Radical Terrorist.
Seolah yang hendak diberangus adalah kelompok teroris yang berbau Islam.
Ini tentunya akan mengundang ketidak-sukaan dunia Islam baik pejabat dan rakyatnya terhadap AS.
Kelima pernyataan bahwa we will build new alliances menjadi pertanyaan apakah AS akan bermitra secara erat dengan Rusia?
Keenam, Trump menyerukan persatuan dari rakyat AS yang dia sadari terpecah dengan terpilihnya sebagai Presiden AS.
Dalam menjalankan pemerintahannya, Trump mengindikasikan akan berbeda dengan para pendahulunya.
Ini karena menurut Trump para politisi dianggap lebih mementingkan kesejahteraannya daripada kesejahteraan rakyat.
"Trump menyampaikan hal ini karena mungkin ia sadar bahwa ia tidak mempunya latar belakang sebagai politisi atau pejabat pemerintah," katanya.