Tiga Kemungkinan Motif di Balik Pembunuhan Kim Jong Nam
"Bagi Korea Utara, sejauh ini, Kim Jong Nam dan his secret identity adalah fantasi lain yang dikembangkan musuh-musuh mereka," ujar Teguh.
Penulis: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sekjen Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Korea, Teguh Santosa, mengomentari soal pembunuhan seorang pria yang disebut bernama Kim Jong Nam berkewarganegaraan Republik Rakyat Demokratik Korea atau Korea Utara oleh dua wanita yang disebutkan memegang paspor Indonesia dan Vietnam di Kualalumpur, Malaysia.
Teguh memberikan penjelasan berdasarkan pemahaman umumnya terhadap situasi mutakhir di Semenanjung Korea dan interaksinya dengan pihak-pihak yang memiliki kaitan langsung atau tidak dengan situasi mutakhir di Semenanjung Korea itu.
Baca: Kalimat Terakhir Kim Jong Nam Sebelum Tewas Sakit Sekali, Saya Disemprot Cairan
Baca: Polisi Temukan Barang-barang Mewah di Kamar Hotel Siti Aisyah
Teguh yang juga dosen Hubungan Internasional UIN Syarif Hidayatullah ini mengemukakan ada tiga kemungkinan motif di balik perisitiwa pembunuhan saudara tiri Pemimpin Korea Utara Kim Jong Il itu.
Pertama, ini adalah peristiwa kriminal biasa, mengingat profil Kim Jong Nam yang dalam berbagai pemberitaan media dalam dan luar negeri disebutkan sebagai pria yang gemar bertualang (sering menggunakan paspor palsu), gemar main perempuan, gemar berjudi, sering bikin kisruh.
"Tingkat validitas teori ini kuat," ujar Teguh dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (17/2/2017).
Kedua, menurut Teguh, teori pembunuhan politik varian A, yang master mind-nya adalah pihak Korea Utara.
Baca: Dalam Sekejap, Siti Aishah Asal Serang Membunuh Kakak Kim Jong-Un
Tujuannya untuk menyingkirkan Kim Jong Nam yang digambarkan sebagai pemberontak dan berpotensi mengganggu dan merebut kekuasaan dari Kim Jong Un.
"Tingkat validitas teori ini lemah," kata Teguh.
Menurut Teguh, kelemahan utamanya terletak pada keterlibatan dua wanita non-Korea Utara sebagai eksekutor.
"Pihak Korea Utara sangat tertutup dan sulit melibatkan pihak lain (tidak percaya) apalagi untuk operasi seperti ini," ujar Teguh.
Ketiga, teori pembunuhan politik varian B.