Wakil Perdana Menteri Malaysia: Korea Utara Harus Belajar Hormati Negara Lain
"Kepada mereka itu kasus kematian Kim Jong-nam tidak terkait isu-isu internasional, tetapi sebagai masalah mereka,"
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, KINABALU - Wakil Perdana Menteri Malaysia Ahmad Zahid Hamidi, Minggu (5/3/2017), menginatkan Korea Utara untuk belajar menghormati negara-negara lain.
Menurut Ahmad, Korea Utara harus belajar mempertimbangkan kepentingan warga internasional dalam menyelesaikan masalah pembunuhan Kim Jong Nam.
"Korea Utara harus menghormati hubungan diplomatik internasional," ujar Wakil Perdana Menteri Malaysia ini seperti dilaporkan Kantor Berita Malaysia, Bernama.
Baca: Kritik Ri Jong Chol: Seluruh Bukti Palsu dan Dibuat-buat Untuk Sudutkan Korea Utara
Katanya, Korea Utara tidak harus melihat kematian saudara tiri pemimpin Korea Utara Kim Jong Un tersebut hanya masalah internal.
Tapi perlu juga melibatkan warga internasional dan hubungan multi nasional.
"Kepada mereka itu kasus kematian Kim Jong-nam tidak terkait isu-isu internasional, tetapi sebagai masalah mereka," katanya usai menghadiri pertemuan tertutup dengan pemimpin UMNO Sabah di Gedung UMNO.
"Saya pikir Korea Utara harus belajar untuk menghormati negara-negara lain," tambahnya.
Ahmad Zahid, mengatakan pernyataanya dalam mengomentari pengusiran Duta besar Korea Utara untuk Malaysia, Kang Chol, Sabtu (4/3/2017).
Baca: Setelah Deportasi Ri Jong Chol, Malaysia Keluarkan Surat Penangkapan Seorang Warga Korea Utara
Menurut Ahmad Zahid, meskipun perintah untuk mengusir Kang Chol dikeluarkan kementeriannya, keputusan itu dibuat pemerintah Malaysia.
"Sebenarnya, keputusan itu dibuat kabinet dan saya pikir kami telah memberikan pesan yang jelas kepada pemerintah Korea Utara bahwa kami sangat serius menyelesaikan masalah ini dan kita tidak ingin ada yang dimanipulasi," ungkapnya.
Ahmad Zahid katakan, terbitnya perintah mengusir Duta besar Korea Utara untuk Malaysia karena ia sedang berusaha memanipulasi masalah kematian Kim Jong Nam.
"Kami melakukan tugas kami profesional dalam memeriksa saksi, mengumpulkan bukti yang kami temukan melalui DNA, forensik, juga unsur-unsur intelijen," katanya.
Dia tegaskan, bahwa semua bangsa, sebagai bagian dari masyarakat internasional, harus bekerja sama-sama untuk menyelesaikan masalah ini.
Baca: Malaysia Perketat Pengamanan Perbatasan Terkait Kasus Kim Jong Nam
Bukan malah makin memperburuk situasi dengan memanipulasi kasus.
Kim Jong Nam dibunuh di bandara internasional Kuala Lumpur pada tanggal 13 Februari.
Dilaporkan bahwa Kim Jong Nam diserang saat sedang menunggu penerbangannya ke Makau di Bandara Kuala Lumpur pada tanggal 13 Februari 2017.
Saat itu, tiba-tiba dua perempuan mengusap wajahnya dengan cairan yang kemudian diidentifikasi sebagai cairan racun saraf VX.
Kim Jong Nam dilaporkan meminta bantuan di counter customer service di bandara dan dibawa ke rumah sakit Putrajaya tapi meninggal dalam perjalanan.
Dia menggunakan paspor bertuliskan nama Kim Chol. (BERNAMA)