Pejabat Imigrasi Kuta Berhasil Menarik Balik Penyelundup Lobster yang Tiba di Singapura
Hal ini berkat kerjasama, koordinasi dan komunikasi yang sangat baik antar instansi terkait.
Editor: Johnson Simanjuntak
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, Bali - Empat penyelundup lobster dari Indonesia yang menuju Singapura, bulan Februari 2017 berhasil ditarik balik ke Indonesia meskipun dia telah mendarat di Singapura.
Hal ini berkat kerjasama, koordinasi dan komunikasi yang sangat baik antar instansi terkait.
"Saat itu saya dapat kabar dari sumber tertentu yang mengatakan empat orang Indonesia menyelundupkan ke luar lobster berharga dari Indonesia ke Singapura. Langsung saya kontak imigrasi Singapura pakai whatsapp, akhirnya berhasil ditahan dan langsung dikembalikan ke Indonesia para penyelundup tersebut setelah tiba di Singapura," ujar Ari Budijanto (57), Kepala Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Ngurah Rai, Kuta Bali khusus kepada Tribunnews.com Selasa ini (14/3/2017).
Setelah meminta imigrasi Singapura tentu ditindaklanjuti dengan permintaan resmi dari Dirjen Imigrasi Imigrasi Indonesia kepada Dirjen Imigrasi Singapura yang diresponse dnegan snagat cepat.
"Saat itu padahal kita sedang di suatu acara kumpul-kumpul, muncul permintaan untuk menahan para penyelundup tetapi keburu lepas naik pesawat dan pesawat sudah di udara," ceritanya.
Lalu Ari langsung menelpon imigrasi Singapura rekannya dan mereka langsung menanggapi positif, "Iya tapi nanti ditindaklanjuti permintaan dari pak Dirjen ya, kata teman di Singapura yang saya sanggupi segera."
Tak tahunya, tekan Ari, Dirjen Imigrasi Indonesia ada di belakangnya, "Kaget saya ternyata pak Dirjen ada di belakang saya yang menyambut baik juga aksi tersebut dan tentu merespons dengan cepat juga sehingga semua cepat beres."
Koordinasi dan komunikasi dianggapnya sangat penting dalam menjalankan tugas menangani 332 karyawannya yang hampir 200 orang ternyata berada d bandara Ngurah Rai baik sektor keberangkatan maupun kedatangan.
"Kita praktis bekerja 24 jam sehari terbagi tiga shift. Bayangkan yang tugas tengah malam di mana umumnya orang sudah tidur sampai pagi sekitar jam 5 pagi, tentu banyak yang lelah tetapi kita harus tetap senyum menghadapi berbagai orang yang masuk ke luar bandara," jelasnya.
Di situlah kadang diakuinya ada petugas mungkin ke lihatan mukanya tegang tidak senyum sehingga muncul keluhana masyarakat seolah sombong sekali petugas tersebut dan sebagainya.
"Di Indonesia ini memang agak lain. Kalau di Jepang di Amerika Serikat para petugas imigrasi mukanya lurus tegang tidak ada senyum biasa saja, kalau di sini seperti itu, wah kita sering diprotes katanya belagu, sombong dan sebagainya. Kalau pun tersenyum, orang kan ada batasnya kalau lelah, apalagi yang tugas tengah malam sampai pagi, selain capai juga rasa kantuknya mungkin tinggi sehingga sulit tersenyum. Ya kita lakukan terbaik saja deh untuk melayani masyarakat," jelas Ari kelahiran Jakarta yang bekerja sejak November 2016 di Kuta Denpasar.