Makam Mesir Kuno Berusia 3.800 Tahun Ditemukan Tim Arkeolog Spanyol
Makam tersebut menjadi tempat bersemayam saudara laki-laki seorang gubernur terpenting di masa Dinasti ke-12 Mesir dikuburkan.
Editor: Adi Suhendi
TRIBUNNEWS.COM, KAIRO - Sejumlah arkeolog berhasil menemukan makam berusia 3.800 tahun.
Makam tersebut menjadi tempat bersemayam saudara laki-laki seorang gubernur terpenting di masa Dinasti ke-12 Mesir dikuburkan.
Kuburan yang kondisi masih sangat bagus itu ditemukan tim arkeolog Spanyol di Qubbet El Hawa atau Bukit Angin di dekat kota Aswan, Mesir.
Kepada situs berita Ahram Online, Alejandro Jimenez - Serrano dari Universitas Jaen, Spanyol, mengatakan, tim juga menemukan sebuah mumi dengan kondisi sempurna.
Di dalam makam itu, para pakar juga menemukan berbagai benda yang biasa disertakan dalam sebuah pemakaman.
Benda-benda itu misalnya keramik, model kayu yang menggambarkan perahu kematian.
Serta gambar kehidupan sehari-hari, serta peti mati yang dibuat dari kayu pohon cemara.
Di atas peti itu terukir inskripsi yang menunjukkan nama orang yang dimakamkan itu.
Dia adalah Shemai, putra Satethotep dan Khema, gubernur Pulau Elephantine di Sungai Nil di masa pemerintahan Amenemhat II.
Saudara tertua Shemai, Sarenput II juga pernah menjabat gubernur Elephantine di masa pemerintahan Senwosret II dan Senwosret III.
Sebelum penemuan ini, tim juga menemukan 14 makam anggota keluarga penguasa Elephantine di Qubbet El-Hawa.
Kompleks pemakaman di Qubbet El-Hawa ini juga menjadi lokasi penemuan batu berukir yang menggambarkan para pria bertopeng sedang mengejar burung unta.
Ukiran batu ini diperkirakan berusia 6.000 tahun.
Lukisan di atas batu itu dibuat dengan cara mengukirnya dengan menggunakan benda tajam.
Sayangnya akibat dimakan waktu, gambar di atas batu itu kini sulit dilihat.
Namun, para pakar sejarah Mesir Kuno dari Universitas Bonn, Jerman yang meneliti lukisan batu itu menemukan jejak adanya tiga gambar di atas batu tersebut.
Ketiga lukisan itu adalah seorang pemburu yang membawa busur, seorang pria yang diduga sebagai seorang penari dan seekor burung unta Afrika.
"Situs arkeologi ini berusia sekitar satu milenium lebih tua dari yang kita ketahui sebelumnya," kata Ludwig Morenz dari Universitas Bonn kepada Live Science.