Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Mengenal Kehebatan Rudal Tomahawk AS Yang Hajar Pangkalan Udara Suriah

Serangan AS ini menanggapi serangan senjata kimia yang terjadi di Idlib, Suriah yang dilakukan oleh pemerintah yang berkuasa.

Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Mengenal Kehebatan Rudal Tomahawk AS Yang Hajar Pangkalan Udara Suriah
rudal tomahawk 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau

TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON -- Amerika Serikat dibawah perintah Presiden Donald Trump menyerang Pangkalan Udara Suriah dengan puluhan rudal jelajah, Kamis (6/4/2017) malam.

Serangan AS ini menanggapi serangan senjata kimia yang terjadi di Idlib, Suriah yang dilakukan oleh pemerintah yang berkuasa. Akibat serangan kimia Suriah yang terjadi awal pekan ini lebih dari 80 orang tewas, termasuk anak-anak yang tidak berdosa.

Menurut Pentagon, total 59 Tomahawk ditembakkan dari kapal perang USS Ross dan USS Porter, dua kapal perusak angkatan laut di Timur Mediterania.
Rudal menargetkan pesawat tempur, sistem pertahanan udara dan perlengkapan strategis lainnya milik Suriah di pangkalan udara Shayrat di Homs, Suriah Barat.

Pangkalan udara ini diyakini tempat pesawat yang terlibat dalam serangan kimia Selasa (4/4/2017) lalu, kata Pentagon.

Tujuan serangan itu adalah "untuk menggentarkan rezim (Suriah) sehingga tidak menggunakan senjata kimia lagi."

Dalam pidato yang ditayangkan di televisi, Presiden AS Donald Trump mengklaim pangkalan udara tersebut merupakan tempat serangan senjata kimia berasal.

BERITA TERKAIT

Jika ditilik dalam lembar sejarah, Tomahawk telah melayang sebagai senjata pilihan untuk menyerang Suriah pada tahun 2013, ketika kemudian Presiden Barack Obama mengambil keputusan menurunkan militernya untuk campur tangan dalam perang sipil di Suriah.

Rudal Tomahawk memiliki berat 2.900 pon atau 1.315 kg dan berukuran lebih dari 18 kaki atau 5,56 meter panjangnya.

Rudal ini mampu membawa hulu ledak konvensional 1.000 pon berkisar antara 700 dan 1.350 mil laut, menurut US Navy.

Diluncurkan dari laut, rudal "dirancang untuk terbang di ketinggian sangat rendah pada kecepatan subsonik tinggi" — hingga 550 mph (880 km/h) — dan memiliki beberapa sistem navigasi yang memandu rudal ke target.

Terbang di ketinggian rendah dan tinggi kecepatan subsonik membuat rudal "sulit bagi radar untuk mendeteksi, atau bagi musuh untuk menembak.

Keuntungan utama lainnya dari Tomahawk adalah bahwa tidak memerlukan pilot untuk membuat dekat dengan target, meminimalkan risiko jatuhnya korban kru.

Pertama kali digunakan dalam pertempuran selama Perang Teluk Persia pada tahun 1991, Tomahawk sudah menjadi senjata andalan AS dalam peperangan.

Konflik lainnya yang paling terkenal dan dipakainya rudal termasuk pengeboman tahun 1998 dan 2003 invasi ke Irak, serta Libya 2011 operasi militer yang pada akhirnya menggulingkan Muammar Gaddafi.

Tomahawk juga digunakan untuk menyerang ISIS dan kelompok Khorasan, cabang al-Qaeda, pada tahun 2014. Sebelum misi Suriah Kamis (6/4/2017), rudal jelajah ini baru-baru ini di bulan Oktober, juga dipakai AS untuk menghantam radar situs di Yaman. (TIME)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas