Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Sekjen Kemensos Terkesan Sistem Kesejahteraan Sosial Jepang, Nenek Usia 103 Tahun Masih Sehat

Keberhasilan sistem kesejahteraan sosial Jepang bukan hanya di atas kertas saja.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Sekjen Kemensos Terkesan Sistem Kesejahteraan Sosial Jepang, Nenek Usia 103 Tahun Masih Sehat
Koresponden Tribunnews/Richard Susilo
DR Harry Z. Soeratin SE,Ak, MM.Acc, PhD (Candidate), CA, IPC, Sekjen Kemensos Indonesia (kiri) bersama nenek Jepang berusia 103 tahun di panti jompo Shirokane no Mori Tokyo 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Keberhasilan sistem kesejahteraan sosial Jepang bukan hanya di atas kertas saja, tetapi terbukti dengan perawatan nenek sampai usia 103 tahun pun masih sehat bugar di panti jompo Jepang.

Seperti yang disaksikan langsung Sekjen Kemensos Indonesia, DR Harry Z. Soeratin SE,Ak, MM.Acc, PhD (Candidate), CA, IPC, Sabtu (8/4/2017) pekan lalu.

"Mencapai usia 103 tahun adalah sesuatu yang luar biasa, apalagi masih sehat segar bugar hingga kini," kata Harry khusus kepada Tribunnews.com.

Kesehatan yang luar biasa itu bukan hanya bukti positif bagi pribadi yang bersangkutan ataupun bagi yang merawatnya.

"Tetapi terutama dari sisi kesehatan, psikologi kejiwaan maupun produktivitas versus biaya yang harus dikeluarkan, satu bukti kehebatan sistem kesejahteraan sosial di Jepang," ujarnya.

Pembelajaran Harry dan rombongannya terdiri dari 5 orang didasari pada pemenuhan undangan FWEAP (Foundation for the Welfare and Education of the Asian People) yang juga mengundang 3 negara lain selain Indonesia yaitu Bangladesh, Vietnam dan Pakistan.

Berita Rekomendasi

Menurut Harry, latar belakang budaya menjadi perhatian utama di mana usia dari rata-rata masyarakat Jepang ternyata sudah di atas 78 tahun.

"Dukungan keluarga, apabila mampu, serta Pemerintah pusat maupun daerah menjadi sangat penting untuk menjadikan masyarakat yang bahagia jasmani dan rohaninya dalam kesimbangan hidup," kata dia.

Terlebih lebih lagi, jika usia produktif dianggap mulai dari umur 18 tahun sampai dengan 65 tahun.

"Sedangkan sisanya dianggap belum produktif. Rasa tingkat sosial yang tinggi ternyata hanya bisa menyelamatkan manusia beserta harga dirinya, serta dukungan dasar dari budaya yang senang bekerja dan menerima tantangan menjadikan dorongan utama bagi survival supaya tidak berpangku tangan saja, termasuk tentunya dukungan politik dibutuhkan," tambahnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas