Dukungan untuk Ahok Juga Datang dari Los Angeles
tulisan-tulisan dalam poster-poster itu menuntut keadilan bagi Gubernur non-aktif DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, LOS ANGELES - "Bebas, bebas, bebaskan Ahok, bebaskan Ahok sekarang juga..."
Syair itu dinyanyikan dengan memakai irama lagu anak-anak "Menanam Jagung" oleh peserta aksi di Los Angeles, Amerika Serikat, Sabtu malam atau Minggu siang WIB (15/5/2017).
Dalam rekaman video yang diterima Kompas.com, terlihat para peserta aksi menyanyikan syair itu berulang-ulang, sambil mangacungkan lilin yang menyala, serta sejumlah poster dan spanduk.
Intinya, tulisan-tulisan dalam poster-poster itu menuntut keadilan bagi Gubernur non-aktif DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang dipidana karena penistaan agama.
Seperti yang telah direncanakan dan digagas “Jaringan Ahok-Djarot Internasional”, pelaksanaan aksi di Los Angeles ini merupakan bagian dari aksi serempak di belasan negara di Amerika, Australia, Eropa, dan Asia.
Utomo Lukman dan Toar Lumingkewas selaku pelopor acara aksi ini menyebutkan, acara doa dan penyalaan lilin di Hong Kong Plaza, Wes Covina, ini adalah untuk mendoakan Ahok.
Disebutkan, lilin yang dinyalakan dalam kegelapan menandakan Ahok tidak sendiri.
Pernyataan serupa diungkapkan Erwina Hawadi-Anderson, WNI diaspora, yang turut serta dalam aksi ini.
"Merinding menyaksikan bagaimana Allah bekerja. Hati manusia seperti digerakkan dan hanya sekejap semua bergerak meminta keadilan dan ingin menjaga keutuhan NKRI," kata Erwina.
"Mungkin Allah sedang membuat Pak Ahok menjadi simbol sesuatu," sambung dia.
Warga Indonesia lainnya Diana Daulima menilai, sudah tiba saatnya warga Indonesia untuk bersuara melawan ketidakadilan.
"Kewajiban kita untuk mengawal orang-orang baik dan menyampaikan bahwa Bangsa Indonesia bukan hanya yang ada di Jawa, tapi Bangsa Indonesia adalah di seluruh Tanah Air, bahkan penjuru dunia."
"Kami cinta NKRI. Kami menolak merendahkan agama dengan membiarkan mereka mencapai nafsu politik menggunakan agama sebagai 'kendaraan' untuk mencapai tujuan," kata Diana.
"Bukan berarti kami menolak putusan pengadilan, kami berharap tuntutan kami dilanjutkan secara hukum yang sah dengan menghormati proses-prosesnya," tutur wanita yang bekerja di firma teknik di Virginia.