Bagaimana Masa Depan TV Al Jazeera Pasca-Pengucilan Qatar oleh Arab?
Sejumlah analis mengatakan, salah satu tuntutan mereka bisa jadi penutupan Al Jazeera.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, DOHA - Krisis diplomatik yang melanda Qatar pada Senin (5/6) kemarin, dapat menyebabkan masalah pada Al Jazeera, yang kerap disebut permata mahkota Qatar.
Jaringan media yang didukung pemerintah Qatar ini sudah menjadi merek global, namun juga sudah menjadi kekuatan yang terpolarisasi.
Hal ini membuat Al Jazeera memiliki banyak musuh, dari Riyadh hingga Kairo, melalui kritiknya terhadap pemerintah Arab dan liputan penggulingan Presiden Mesir Mohamed Morsy.
Lima negara Arab saat ini telah memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar.
Baca: Qatar Airways Tetap Terbangi Rute Jakarta-Doha
Langkah ini dinilai sebagai langkah dramatis yang menunjukkan tingginya ketegangan hubungan negara Teluk dengan tetangganya.
Mereka menuduh Qatar mendukung terorisme, tuduhan yang dibantah Qatar karena tidak berdasar.
Negara-negara Teluk besar, seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, saat ini berada di posisi atas untuk menuntut konsesi dari Qatar sebagai imbalan atas pemulihan hubungan diplomatik dan ekonomi.
Sejumlah analis mengatakan, salah satu tuntutan mereka bisa jadi penutupan Al Jazeera.
"Langkah pertama dari Emir Qatar sepertinya akan menutup seluruh jaringan TV Al Jazeera, yang bisa terjadi dalam hitungan waktu bulan jika tidak minggu," tulis Sultan Al Qassemi, komentator regional terkemuka melalui tweet.
Sementara, Michael Stephens, peneliti dari Royal United Services Institute (RUSI) di London, bilang Qatar akan dipaksa untuk melakukan sejumlah kompromi besar.
Baca: Negara-negara Arab Paksa Warga Qatar Angkat Kaki dari Negara Mereka
Dia juga mengatakan, permintaan spesifik masih belum jelas, namun posisi Al Jazeera berada dalam bahaya.
"Tidak ada yang mengejutkan saya saat ini. Saya langsung bisa melihat apa yang akan diminta oleh mereka," kata Stephens.