Beginilah Potret Kehidupan Masyarakat Tak Mampu di Korea Selatan
Korea Selatan memang surganya para boyband dan girlband. Dunia hiburan Negeri Ginseng itu semakin melejit setelah hallyu wave menyerang berbagai negar
TRIBUNNEWS.COM, SEOUL - Korea Selatan memang surganya para boyband dan girlband. Dunia hiburan Negeri Ginseng itu semakin melejit setelah hallyu wave menyerang berbagai negara.
Mulai serial drama, film, musik, hingga reality show mereka telah dinikmati penggemar di seluruh dunia.
Gemerlap dunia entertainment Korea Selatan pun sering diekspos di media setempat.
Namun, siapa sangka ternyata masih ada sudut-sudut gelap di negara sekelas Korea Selatan.
Apalagi, sudut-sudut itu berada di Ibu Kota Korea Selatan di Seoul.
Fotografer Sim Kyudong (29) mengabadikan suasana masyarakat tak mampu yang ada di Seoul.
Masyarakat tersebut hidup dalam rumah susun (goshitel) yang kumuh dan begitu sempit.
Mereka harus membayar 220 ribu Won atau sekitar Rp 2,5 juta sebulan.
Di Korea Selatan, nominal itu termasuk sangat murah dibanding tempat tinggal lain.
Sim Kyudong sendiri sempat tinggal di goshitel selama 3 tahun saat berada di Seoul.
Ia bertemu berbagai jenis orang saat menetap di sana, satu diantaranya adalah seorang guru matematika.
Sim mengungkapkan, guru matematika itu kira-kira berusia 50-an, ia pintar dan lulusan universitas ternama.
Namun semakin tua, status dan nilainya sebagai guru matematika semakin menurun.
Guru-guru yang masih muda dan tak kalah cerdas lah yang dinikmati oleh publik.
Sim menjelaskan, mereka yang menetap di goshitel karena kesusahan ekonomi akan diasingkan dari masyarakat.
"Orang-orang tak mengerti kau tinggal di goshitel karena kau tak punya pilihan," jelasnya dilansir dari Korea Expose, Kamis (13/4/2017).
"Mereka tak akan mengerti, aku rasa aku harus menceritakan tentang hal itu," ujarnya.
Insiden bunuh diri juga seringkali terjadi di goshitel gara-gara masalah ekonomi.
Pada 2015 lalu, jasad seorang perempuan usia 20-an baru ditemukan dua minggu setelah tewas.
Ia dilaporkan tewas karena kekurangan gizi dan memiliki masalah ekonomi.
Sim mengaku mengalami depresi dan tak peduli dengan kebersihan selama tinggal di goshitel.
"Tinggal di goshitel sepenuhnya mengubah persepsi dan cara berpikirku," jelas Sim Kyudong.
"Mereka orang yang tak punya pilihan, kisah mereka terlalu rumit untuk diabaikan," katanya.
Buku foto Sim Kyudong tentang kehidupan goshitel ini rilis di Korea Selatan pada akhir April 2017.
Simak video di atas.(Tribun Jatim/Cindy Dinda Andani)