Mengapa Orang-orang Kaya China Dianggap Pelit?
"Kedermawanan di Cina saat ini dalam kondisi perluasan, percobaan, dan pengembangan secara bertahap," sebut laporan itu.
Editor: Hasanudin Aco
Mereka ingin menyumbang untuk lembaga amal yang melakukan pekerjaannya secara efektif," tambah Wang.
Ditanya berapa jumlah lembaga amal yang dinilai efektif di Cina, Wang mengaku "sangat sedikit".
Wang sendiri pernah mengalami kekecewaan saat memberi sumbangan kepada lembaga sosial yang berafiliasi dengan pemerintah.
Karena itu, pria berusia 47 tahun yang mengumpulkan kekayaan dari bursa saham pada 1990-an ini memutuskan mendirikan lembaga amal.
Pada 2004, Wang mendirikan Yayasan Ai You, lembaga amal swasta resmi pertama di Cina yang memulai misi membantu orang sakit dan anak-anak yatim piatu.
Sejumlah miliuner Cina—termasuk pendiri Alibaba, Jack Ma, dan pencipta Baidu, Robin Li—dilibatkan sebagai anggota dewan direksi Yayasan Ai You.
Skandal amal
Sejumlah peneliti memberi beberapa alasan mengapa para miliuner di Cina sulit memberikan sumbangan, semisal sikap skeptis publik, kurangnya transparansi, dan kurangnya sumber daya manusia berpengalaman.
Rupert Hoogewerf, yang memantau perilaku kaum superkaya di Cina, merujuk skandal besar pada 2011.
Saat itu, seorang perempuan bernama Guo Meimei menjadi sorotan media karena bergaya hidup mewah.
Padahal, Guo mengklaim bekerja untuk sebuah perusahaan yang berkaitan dengan Palang Merah Cina.
Meskipun lembaga amal itu membantah memiliki hubungan dengan Guo, jumlah sumbangan merosot drastis.
Sejak peristiwa tersebut, Hoogewerf mencatat peralihan sumbangan dari lembaga-lembaga pemerintah. Hal itu diamini Mao Jihong, seorang perancang busana yang mendirikan lembaga amal tahun lalu.
"Insiden itu kemunduran besar bagi kedermawanan," ujar Mao, yang dianggap sebagai salah seorang perancang favorit Ibu Negara, Peng Liyuan.
Mao meyakini langkah Cina dalam mewujudkan undang-undang mengenai sumbangan akan mendongkrak tingkat kepercayaan masyarakat untuk beramal.