Mengapa Orang-orang Kaya China Dianggap Pelit?
"Kedermawanan di Cina saat ini dalam kondisi perluasan, percobaan, dan pengembangan secara bertahap," sebut laporan itu.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, CHINA - Ketika Bill Gates dan Warren Bufet mengadakan jamuan makan beberapa tahun lalu guna mengajak para miliuner Cina menyumbangkan sebagian kekayaan mereka demi tujuan amal, beberapa tidak hadir.
Ketidakhadiran sejumlah miliuner Cina memicu perdebatan di media sosial.
Pertanyaan utamanya, apakah kaum superkaya di Cina benar-benar pelit?
Jika memakai ukuran Amerika Serikat atau Eropa, para miliuner Cina pelit.
Baca: Banyaknya Bermunculan Orang Kaya Baru di Indonesia Jadi Perhatian Internasional
Berdasarkan data lembaga pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP), jumlah sumbangan di Cina hanya mencapai 4% dari jumlah sumbangan di AS dan Eropa.
Namun, menurut laporan terbaru Universitas Harvard dan Bank UBS asal Swiss, gambarannya jauh lebih kompleks.
"Kedermawanan di Cina saat ini dalam kondisi perluasan, percobaan, dan pengembangan secara bertahap," sebut laporan itu.
'Bersikap waspada'
Menurut laporan tersebut, jumlah sumbangan dari 100 tokoh paling dermawan di Cina daratan meningkat lebih dari tiga kali lipat antara 2010 dan 2016 hingga mencapai US$4,6 miliar atau Rp61 triliun.
Dari 200 orang terkaya di Cina, 46 di antara mereka memiliki yayasan sosial. Lebih lanjut, 2/3 dari seluruh responden mengaku telah mendirikan atau sedang berencana mendirikan yayasan sosial.
Wang Bing, yang dijuluki dermawan 'paling berpengaruh' di Cina, menolak anggapan bahwa miliuner Cina pelit. Mereka, menurutnya, hanya bersikap waspada.
"Semua orang di lingkaran pertemanan saya ingin memberi. Ada banyak uang tersedia yang belum disumbangkan," ujarnya kepada BBC.