Anak Pengungsi Marawi: Ayahku Diculik ISIS
Puluhan ribu anak-anak telah mengungsi di Filipina Selatan menyusul pertempuran di Marawi oleh militan bersenjata yang bersumpah setia kepada ISIS.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Sugiyarto
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, ILIGAN-- Jasper Hallasgo adalah anak 11 tahun, berlari dan bermain-main dengan sekelompok temannya.
Satu bulan yang lalu, ia juga melakukan yang sama di sekolah atau di lingkungannya.
Sekarang, itu ia lakukan di kamp pengungsian yang penuh sesak di suatu tempat yang aneh untuk anak-anak.
Puluhan ribu anak-anak telah mengungsi di Filipina Selatan menyusul pertempuran di Marawi oleh militan bersenjata yang bersumpah setia kepada ISIS.
Jasper, memiliki pengalaman traumatis yang mendalam lagi menyesakkan, yakni ketika keluarganya tidak dapat melarikan diri dari medan pertempuran.
"Kita terjebak. Kami tidak punya apa-apa lagi untuk makan di sana. Kita tidak bisa pergi ke toko apapun. Kami terjebak selama lima hari dan kami tidak bisa makan apa pun,"katanya.
Ketika militer mulai melancarkan serangan udara dalam upaya untuk merebut kembali kota Marawi, Jasper dan keluarganya mengungsi. Namun mereka melakukannya tanpa sang ayah.
"Ayah saya tidak bersama dengan kami, ketika kami diungsikan. Ia diculik oleh ISIS,"kata Jasper.
"Kelompok ISIS pikir bapak saya adalah seorang anggota tentara pemerintah. Belum lagi apabila dia memberitahu mereka bahwa ia adalah seorang Kristen."
"Namun ia mampu melarikan diri dengan melompat dari jembatan. Kemudian sekelompok patroli melihatnya dan membantunya."
Ayah dan anak kini sudah dipersatukan kembali di Iligan dan sementara tinggal di sebuah kamp pengungsian yang menjadi tempat tinggal bersama ratusan keluarga.
Memahami kebutuhan mendesak banyak anak-anak seperti Jasper tinggal dalam ketidakpastian dan membingungkan.
Seorang relawan yang merupakan Psikolog di pengungsian, Jana Jean Dacobor dari Mindanao cukup sedih dengan kondisi yang harus dialami anak-anak seusian Jasper.