Anak Pengungsi Marawi: Ayahku Diculik ISIS
Puluhan ribu anak-anak telah mengungsi di Filipina Selatan menyusul pertempuran di Marawi oleh militan bersenjata yang bersumpah setia kepada ISIS.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Sugiyarto
"Saya rasa bahwa mereka cukup sedih tentang apa yang terjadi di sini dan mereka tidak suka bermain atau bahkan harus mengungsi," ujarnya ketika mengamati banyak anak-anak ketika mereka pertama kali tiba di pengungsian.
"Kami mulai untuk terlibat dengan mereka, untuk memainkan beberapa jenis permainan dan proses interaktif.
"Kami menemukan bahwa anak-anak mulai berbicara, mulai menceritakan versi mereka sendiri dari cerita mengenai kekerasan yang mereka telah lihat atau mengenai pertempuran yang terjadi," katanya.
Anak-anak yang paling rentan terhadap situasi konflik bersenjata, menurut Andrew Morris, Ketua UNICEF Mindanao.
"Ketika anak-anak yang hidup dalam ketakutan mereka mengalami dampak negatif psikososial, yang mungkin menghambat perkembangan mereka."
"Berada di bawah stres berkepanjangan, dapat memiliki efek pada kesehatan mental mereka," ujarnya.
"UNICEF mengakui konflik bersenjata sebagai serangan pedih pada hak-hak anak."
Dia menambahkan bahwa jenis situasi ini bisa menyebabkan anak-anak menjadi kekurangan kebutuhan dasar seperti pendidikan dan kesehatan dan pelecehan serta eksploitasi.
Bagi Jasper, ingiin segera kondisi kembali normal hidup damai dan tenteram dengan keluarga besarnya.
Dia bahkan telah mempunyai cita-cita lebih besar untuk masa depan.
"Saya ingin menjadi bagian dari Angkatan Darat suatu hari nanti sehingga saya dapat membantu orang-orang yang hidupnya diteror oleh ISIS." (Channel News Asia)