Konflik Marawi Masih Berlanjut, Lebih dari 600 Orang Tewas
Dalam pernyataannya, Selasa (25/7/2017), Angkatan Bersenjata Filipina (AFP) menekankan upaya pembersihan teroris di Marawi masih berlanjut.
Penulis: Ruth Vania C
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, MARAWI - Lebih dari 600 orang tewas dalam konflik di Kota Marawi, Filipina, yang sudah berlangsung selama 63 hari.
Dalam pernyataannya, Selasa (25/7/2017), Angkatan Bersenjata Filipina (AFP) menekankan upaya pembersihan teroris di Marawi masih berlanjut.
Dari total jumlah korban tewas 607 orang, disebutkan di antaranya termasuk 453 teroris dan 45 warga sipil.
"Dalam upaya membasmi teroris dari Kota Marawi, sebanyak 109 anggota pasukan kami gugur sejak hari pertama hingga hari ke-63," demikian isi pernyataan tersebut," demikian pejabat AFP.
Berdasarkan informasi terakhir jumlah teroris yang tersisa di kota tersebut tinggal berjumlah sekitar 70 orang.
Namun, warga setempat masih belum diperbolehkan untuk kembali ke kota mereka, lantaran dianggap masih belum aman.Gaji Rp 350 Ribu Perbulan, Petugas Kebersihan Masjid Buktikan Bisa Naik Haji, Ini Perjuangannya https://t.co/KIjjfL2NNJ via @tribunnews
— TRIBUNnews.com (@tribunnews) July 27, 2017
AFP menilai operasi pembersihan masih harus dilakukan sebelum memulangkan para warga yang dievakuasi, mengingat masih banyaknya jenazah dan senjata yang berserak di kota itu.
Pasukan lapangan juga masih belum memberikan lampu hijau untuk mengembalikan kota itu pada warga, karena masih adanya teroris yang berkeliaran.
Mempersiapkan pemulangan warga, Kementerian Kesehatan Filipina sudah dikerahkan untuk memeriksa kemungkinan adanya ancaman bakteri atau virus di lingkungan daerah konflik tersebut.
Lebih dari 400 ribu orang telah dievakuasi akibat konflik yang pecah sejak 23 Mei lalu ini.
Seharusnya, pemulangan warga dilakukan mulai Senin (24/7/2017), namun rencana itu harus diundur.
Bagi Pemerintah Filipina, konflik mematikan ini menjadi sebuah pelajaran besar, terutama di bidang pertahanan negara.
Menurut Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana, konflik Marawi merupakan contoh kegagalan koordinasi intelijen. (ABS-CBN/Inquirer)