Kembangkan Teknologi Kereta Api Canggih dan Berkelanjutan, ITB Jalin Kerjasama Jepang
Sigit Santosa yang merupakan Direktur Pusat Pengembangan Teknologi Transportasi Berkelanjutan ITB diundang sebagai pembicara utama.
Editor: Johnson Simanjuntak
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - ITB (Institut Teknologi Bandung) dan Tokyo Tech (Tokyo Institute of Technology) sepakat untuk jalin kerja sama yang konkrit dalam bidang pengembangan teknologi kereta api canggih serta infrastruktur kota berkelanjutan di Indonesia. Kesepakatan itu dicapai dalam sebuah seminar bertajuk “Indonesia-Japan Joint Seminar on Future Railway and Urban Development” yang diadakan oleh Tokyo Tech di Kampus Ookayama, Tokyo, Rabu (26/7/2017).
"Seminar dibuka oleh Atase Pendidikan KBRI Tokyo, Alinda M. Zain Menurutnya, Kementrian Ristekdikti RI sangat mendukung terciptanya jalinan kerjasama antara universitas-universitas Indonesia dengan luar negeri dalam bidang-bidang strategis seperti pengembangan teknologi kereta api berkelanjutan dan infrastruktur penopangnya," papar Dr. Farid Triawan, Dosen di Tokyo Institute of Technology khusus kepada Tribunnews.com Jumat ini (28/7/2017).
“Pemerintah Indonesia, khususnya kemenristekdikti, sangat mendorong terjalinnya kerjasama yang berdampak positif terhadap pengembangan inovasi dan teknologi di Indonesia. Ada banyak dana yang disiapkan pemerintah Indonesia untuk memperlancar kerjasama dengan luar negeri seperti ITB dan Tokyo Tech ini,” papar Alinda diungkapkan Farid lagi.
Sigit Santosa yang merupakan Direktur Pusat Pengembangan Teknologi Transportasi Berkelanjutan ITB diundang sebagai pembicara utama.
Ini Jeritan Hati Dayat Sebelum Bunuh Diri Sambil Video Call dengan Sang Pacar https://t.co/Bqjx6JAdNH via @tribunnews
— TRIBUNnews.com (@tribunnews) July 28, 2017
Sigit menekankan betapa perbaikan transportasi publik di Indonesia, seperti sistem perkeretaapian dan kotanya, akan sangat signifikan berkontribusi terhadap kemajuan perekonomian Indonesia.
“Berdasarkan studi yang kami lakukan di ITB pada tahun 2015-2016, kemacetan yang terjadi di Jakarta telah mengakibatkan kerugian negara sebanyak tidak kurang dari 2.5 miliar USD (33 triliun rupiah) per tahun. Kerugian ini diprediksi akan berlipatganda menjadi sekitar 70 triliun rupiah per tahunnya pada tahun 2020,” ungkap Sigit.
Dia mengatakan kerjasama ITB dengan Tokyo Tech ini diharapkan dapat melahirkan produk-produk nyata yang dapat mempercepat perbaikan-perbaikan pada sektor perkeretaapian serta pengembangan kota-kota baru di Indonesia.
“Indonesia ingin belajar dari pengalaman Jepang dalam mengembangkan sistem perkeretaapiannya hingga sangat maju dan rapih seperti sekarang ini,” jelas Sigit.
Dengan adanya kolaborasi dengan Tokyo Tech, Indonesia ingin belajar tidak hanya yang baik-baiknya saja tapi pengalaman gagal dan pahitnya juga sehingga kita tidak perlu mengulang kesalahan yang sama di tanah air, lanjut Sigit.
Berhasilnya pengembangan teknologi perkeretaapian akan juga sangat ditentukan oleh sukses tidaknya pengembangan sistem penopang seperti infrastruktur kota di sekitar stasiun kereta api itu sendiri.
Nakajima Yasunari, Direktur JR (Japan Railways) East, perusahaan kereta api milik pemerintah Jepang, mengungkapkan bahwa keberhasilan JR dalam menjalankan bisnis kereta api tidak hanya ditentukan dari berapa banyak terjualnya tiket kereta, tetapi juga ada kontribusi dari pendapatan lain selain bisnis non kereta api.
“Pendapatan JR East dari bisnis non kereta api sebesar 32%, yaitu seperti bisnis perhotelan, mall perbelanjaan, apartement disekitar stasiun kereta,” kata Nakajima.
Selain industri dan professor-professor Jepang, para peneliti dan mahasiswa Indonesia juga hadir dalam seminar ini.
“Saya berharap dengan (adanya) kerjasama ini, kualitas pelayanan kereta api Indonesia dapat meniru gaya Jepang. Setiap hari saya menikmati keteraturan dan kenyamanan layanan kereta api Jepang. Mimpi saya suatu hari nanti kereta api Indonesia bisa menyamai ini semua,” ujar Farid Triawan yang bekerja sebagai dosen di Tokyo Tech.
Seminar ini ditutup dengan diskusi terbuka yang dipimpin oleh Professor Kishimoto Kikuo, dekan School of Environment and Society di Tokyo Tech, dengan perwakilan dari industri yang hadir.
Pada diskusi ini ditetapkan langkah-langkah konkret kerjasama kedua belah pihak. Sebagai hasilnya telah disepakati beberapa tema penelitian yang akan segera dijalankan terkait teknologi kereta api dan pengembangan infrastruktur kota baru.
“Kerjasama ini akan dimulai dengan beberapa tema penelitian, seperti pengembangan teknologi keamanan untuk kecelakaan maupun bencana alam, pengembangan teknologi perawatan kereta, standardisasi kebijakan penerapan teknologi TOD (Transit Oriented Development), dan perencanaan bisnis dan sistem perkotaan,” kata Kishimoto pada penutupan seminar.