Menteri Pertahanan Qatar Khawatir Masa Depan Dewan Kerja Sama Negara Teluk
Menteri Pertahanan Qatar mengkhawatirkan masa depan Dewan Kerjasama Teluk (GCC), jika kelompok negara Arab masih terus mengucilkan Qatar.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, DOHA - Menteri Pertahanan Qatar mengkhawatirkan masa depan Dewan Kerjasama Teluk (GCC), jika kelompok negara Arab masih terus mengucilkan Qatar.
Berbicara kepada Al Jazeera, Selasa (2/8/2017), Khalid bin Mohamed Al Attiyah mengatakan kebuntuan politik yang sedang berlangsung tidak membantu siapapun yang terlibat dalam krisis Teluk tersebut.
"Semakin kita menunggu, semakin lama krisis ini berkepanjangan, saya pikir itu akan memperburuk hubungan negara-negara Teluk, lebih dan lebih lagi," katanya.
Khalid bin Mohamed juga mengatakan jika negara Teluk tetap dalam kebuntuan, GCC akan terancam masa depannya.
Baca: Pria Ini Sebut Dirinya Sultan of Sex, Sengaja Videokan Hubungan Terlarang Untuk Peras Wanita
Namun, Khalid bin Mohamed juga percaya ada tanda-tanda positif untuk mengatasi krisis di Teluk.
"Qatar, sejak hari pertama, membangun dialog dan saya pikir semangat ini juga terjadi di GCC," katanya.
"Kita semua mendukung Emir Kuwait Sheikh Sabah al-Ahmad al-Sabah dan kita mempercayai kebijaksanaannya. Saya rasa ini adalah arah kita melihat masalah ini sekarang," lanjutnya.
Baca: Model Cantik Berusia 22 Tahun Gantung Diri Sambil Video Call Dengan Suaminya
Sebelumnya Menlu Amerika Serikat (AS), Rex Tillerson, mengakui sebagian dari 13 tuntutan yang diajukan empat negara Arab kepada Qatar sebagai syarat pencabutan sanksi sulit dipenuhi.
Namun, tuntutan tersebut bisa digunakan sebagai dasar dialog guna pemecahan krisis.
Tillerson mengatakan, Qatar sedang mempelajari 13 tuntutan.
"Terdapat ruang-ruang penting yang menjadi dasar bagi dialog yang terus diadakan untuk mewujudkan pemecahan," katanya.
Baca: Duterte Sebut Kim Jong Un Sebagai Maniak
Ia menyerukan kepada negara-negara yang terlibat untuk duduk bersama guna menghentikan terorisme dan memerangi ekstremisme.
"Menahan retorika juga akan membantu mendinginkan ketegangan," kata Tillerson. (Aljazeera/BBC)