Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Tentara Myanmar Sengaja Pasang Ranjau di Perbatasan Bangladesh untuk Ciderai Pengungsi Rohingya

Sejumlah pengungsi etnik Rohingya mengalami cedera akibat ledakan ranjau di perbatasan Myanmar-Bangladesh dalam tiga hari terakhir. Siapa pemasangnya?

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Tentara Myanmar Sengaja Pasang Ranjau di Perbatasan Bangladesh untuk Ciderai Pengungsi Rohingya
(Geo TV/AFP)
Pengungsi Rohingya Menyeberang ke Bangladesh. 

TRIBUNNEWS.COM, MYANMAR -  Sejumlah pengungsi etnik Rohingya mengalami cedera akibat ledakan ranjau di perbatasan Myanmar-Bangladesh dalam tiga hari terakhir.

Siapa pemasangnya?

Dua narasumber dari pemerintah Bangladesh mengklaim kepada kantor berita Reuters bahwa Myanmar menggunakan ranjau untuk mencegah kedatangan pengungsi Rohingya yang sempat melarikan diri dari kekerasan yang terjadi di negara bagian Rakhine.

Kendati demikian, narasumber Reuters itu tidak mengklarifikasi apakah orang-orang pemasang ranjau itu mengenakan seragam atau tidak. Namun dia yakin, kelompok orang itu bukan pengungsi Rohingya.

Militer Myanmar enggan menanggapi ledakan di daerah perbatasan tersebut.

Zaw Htay, juru bicara Aung San Suu Kyi juga belum bersedia mengeluarkan pernyataan. Sekretaris Menteri Dalam Negeri Bangladesh, Mostafa Kamal Uddin, juga belum menjawab permintaan konfirmasi.

Baca: Suu Kyi: Simpati terhadap Rohingya Lahir dari Kampanye “Hoax” untuk Kepentingan Teroris

Pengungsian besar-besaran ini terjadi menyusul aksi kekerasan yang melibatkan aparat keamanan Myanmar dan kelompok gerilyawan Rohingya.
Pengungsian besar-besaran ini terjadi menyusul aksi kekerasan yang melibatkan aparat keamanan Myanmar dan kelompok gerilyawan Rohingya. (AFP)
Berita Rekomendasi

Kepada Reuters, dua narasumber itu menyebut pemerintah Bangladesh mengetahui keberadaan ranjau-ranjau itu dari sejumlah foto dan laporan lapangan.

"Myanmar menempatkan ranjau di wilayah mereka, di sepanjang pagar kawat berduri, di antara patok-patok perbatasan," kata salah satu dari dua narasumber yang tidak ingin identitasnya dipublikasikan.

"Tentara Bangladesh juga melihat tiga hingga empat kelompok beraktivitas di pagar kawat berduri, memasukkan sesuatu ke dalam tanah," ujar sumber anonim itu. "Kami lantas mengkonfirmasi pelapor kami, bahwa orang-orang itu memang memasang ranjau."

Rabu ini Bangladesh berencana mengajukan nota protes kepada Myanmar soal ranjau-ranjau yang ditanam dekat garis perbatasan. Rencana itu diutarakan sumber kantor berita Reuters yang menolak namanya disebut karena persoalan sensitif.

Petugas perbatasan Bangladesh, Manzurul Hassan Khan, menyebut dua ledakan terdengar di area perbatasan Myanmar, Selasa kemarin. Dua anak laki-laki dalam rombongan pengungsi Rohingya yang berusaha meninggalkan wilayah Myanmar dilaporkan luka-luka akibat ledakan tersebut.

"Mereka melangkah ke atas pijakan yang meledak pagi kemarin, satu dari mereka kehilangan kakinya," ujar Khan kepada kantor berita AFP.

Seorang perempuan Rohingya dilaporkan mengalami luka parah di bagian kaki akibat ledakan di area yang sama, sehari sebelumnya. Tiga korban ranjau tersebut dilarikan ke rumah sakit di Cox's Bazar, kota di garis perbatasan Bangladesh.

Hingga saat ini belum ada konfirmasi tentang penyebab ledakan itu, namun Human Rights Watch khawatir di kawasan perbatasan itu memang terdapat sejumlah ranjau.

Lebih dari itu, Khan menyebut beberapa pengungsi Rohingya yang masuk ke Bangladesh mengalami luka tembak. Namun konfirmasi atas kabar itu sulit didapatkan karena akses pers ke kawasan Myanmar yang sedang bergejolak itu sangat terbatas.

Seorang pengungsi Rohingya yang melintas di area ledakan itu mengaku merekam kondisi perbatasan tersebut. Ia mengaku melihat cakram berbahan logam berdiameter 10 sentimeter, terkubur sebagian di dalam lumpur.

Pengungsi itu yakin ia melihat dua cakram serupa yang juga terpasang di tanah kawasan itu.

Sebagian besar garis perbatasan Myanmar dan Bangladesh yang membentang sepanjang 217 kilometer merupakan tanah berpori yang lembek. Hampir di sepanjang kawasan itu, Myanmar membangun pagar kawat berduri.

Myanmar yang selama ini dipimpin pemerintahan militer tercatat sebagai satu dari sedikit negara yang belum menandatangani perjanjian pelarangan ranjau tahun 1997 yang digagas PBB.

Sumber: BBC Indonesia
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas