Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Lebih dari 840 Orang Jadi Korban Bentrok Akibat Referendum Catalunya

referendum tersebut menampung 90 persen suara yang mendukung kemerdekaan Catalunya dari Spanyol.

Penulis: Ruth Vania C
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Lebih dari 840 Orang Jadi Korban Bentrok Akibat Referendum Catalunya
Metro/REX/Shutterstock
Polisi Spanyol 

TRIBUNNEWS.COM, BARCELONA - Pelaksanaan referendum Catalunya, Minggu (1/10/2017), berujung bentrok, yang membuat lebih dari 840 orang menjadi korban.

Pemimpin daerah Catalunya, Carles Puigdemont, ternyata membawa pada dukungan terhadap deklarasi kemerdekaan melalui referendum.

Meski dilarang pelaksanaannya, referendum tersebut menampung 90 persen suara yang mendukung kemerdekaan Catalunya dari Spanyol.

Di tengah tekanan dari Kepolisian Spanyol, yang berusaha menghambat pelaksanaan referendum, Pemerintah Catalunya mengatakan ada 2,26 juta pemilih yang berpartisipasi dalam referendum.

Upaya Kepolisian Spanyol untuk menghambat pelaksanaan referendum kemudian memicu bentrok, yang dikatakan pemerintah setempat mencederai 844 orang di Catalunya.

Ini menjadi krisis konstitusional terbesar Spanyol dalam beberapa abad terakhir, yang memperparah keretakan hubungan antara pemerintah pusat Spanyol dan Catalunya.

Hasil referendum diumumkan Puigdemont melalui siaran televisi.

Berita Rekomendasi

"Di hari yang penuh pengharapan dan penderitaan ini, warga Catalunya telah mendapatkan hak untuk memiliki negara republik yang independen," kata Puigdemont.

"Pihak pemerintah dalam beberapa hari ke depan akan memberikan hasil referendum Minggu ini ke parlemen Catalunya, di mana kedaulatan rakyat berada, sehingga kita dapat menyesuaikannya dengan undang-undang referendum," katanya.

Baca: Pansus Angket Jelaskan Soal Opsi Panggilan Paksa KPK

Puigdemont juga akan melaporkan pada Uni Eropa bentrok yang melibatkan Kepolisian Spanyol saat referendum dilaksanakan, yang dianggap sebagai "pelanggaran HAM".

Dalam insiden bentrok tersebut, Kepolisian Spanyol menggunakan pentung dan peluru karet untuk mengganggu proses pemungutan suara.

Beberapa pemilih sampai diseret dan disingkirkan secara paksa dan sejumlah kotak suara disita.

Menurut Wakil Perdana Menteri Spanyol Soraya Saenz de Santamaria, upaya yang dilakukan Kepolisian Spanyol memang dimaksudkan untuk merespons referendum "inkonstitusionil" itu.

"Hal tak bertanggungjawab yang dilakukan oleh pemerintah daerah Catalunya itu memang harus ditangani oleh pasukan pengamanan negara," ujarnya.

Kementerian Dalam Negeri Spanyol mengatakan bahwa lebih dari 12 orang anggota polisi mengalami cedera dalam bentrok tersebut (Aljazeera/Reuters)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas