Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Yakuza Jepang Beli Senjata Api dan Merakitnya di Filipina

Senjata api di Filipina sebenarnya ada yang buatan sendiri tapi banyak yang suku cadangnya dari Jepang lalu dirakit di Filipina lalu dijual.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Yakuza Jepang Beli Senjata Api dan Merakitnya di Filipina
Koresponden Tribunnews.com/Richard Susilo
Shinichiro Suda (56), wartawan senior spesialis dunia yakuza Jepang. 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO  – Shinichiro Suda (56), wartawan senior spesialis dunia yakuza Jepang mengakui belum pernah ke Indonesia.

Namun dengan pengalamannya berkecimpung sebagai wartawan, mengetahui dengan pasti senjata api yakuza banyak diperoleh dari Filipina lalu dijual ke Rusia atau ke China.

"Senjata api di Filipina sebenarnya ada yang buatan sendiri tapi banyak yang suku cadangnya dari Jepang lalu dirakit di Filipina lalu dijual kepada berbagai negara termasuk ke Jepang dan yakuza Jepang juga menjualnya ke Rusia dan China," ungkap Suda kepada Tribunnews.com, Minggu (1/10/2017).

Selain itu yakuza Jepang juga menjual mobil bekas curian juga ke Rusia dan China.

"Ada tim khusus di dalam yakuza yang memang spesialis pencurian mobil-mobil di Jepang karena begitu canggih mobil Jepang dengan peralatan alarm dan proteksinya, itu biasa ditangani tim khusus mobil yakuza. Mereka hanya mencuri mobil mewah seperti Mercedes Benz, lalu merakit ulang, misalnya mesinnya diganti, nomor mesin dihapus dan sebagainya, lalu dijual ke Rusia atau China," kata dia.

Baca: Kisah Wartawan Jepang Luput dari Sasaran Penembakan Anggota Yakuza Berkat Mobil Anti Peluru

Berita Rekomendasi

Pencurian mobil di Jepang tahun 2016 mencapai 11.655 kasus dan terbanyak di Perfektur Ibaraki, lalu Osaka, Chiba, Aichi, Saitama, Kanagawa, Tochigi, Mie, Hyogo dan Tokyo di peringkat ke-10.

Apabila kita bandingkan penjualan narkoba dan penjualan senjata api, mana yang berisiko tinggi bagi yakuza?

"Tentu narkoba karena menyangkut banyak sekali orang tersebar ke mana-mana dan berharga cukup mahal, membuat yakuza mendapat uang banyak. Kalau senjata api hanya orang tertentu yang membeli kebanyakan kalangan penjahat, sehingga risiko hukuman jauh lebih tinggi narkoba, tapi untungnya juga besar bagi mereka," kata dia.

Suda awal mulanya mengakui sebagai wartawan ekonomi dan finansial.

Setelah keputusan pengadilan Itoman Jiken (kasus Itoman) tanggal 23 Juli 1991, Suda semakin penasaran dengan kasus tersebut karena ada uang sekitar 30 juta yen yang menghilang ke yamikin (pemberi pinjaman bunga besar biasa dilakukan yakuza).

Baca: Praja IPDN Meninggal, Subuh Sempat Telepon Papa, Siangnya Dikabarkan Sudah Berpulang

"Sejak kasus Itoman itulah saya semakin mendalami yakuza hingga kini," ujar dia.

Wawancara dengan bos Nakanokai, Toru Nakano, zaman bos Yamaguchigumi ke-6 Yoshinori Watanabe, bos Nakanokai sangat dekat sekali dengan Watanabe, membuat Suda hampir saja terbunuh tetapi terlindungi kaca mobil anti peluru yang menghalangi penembakan anggota yakuza lain menggunakan sepeda motor.

"Kalau ke Naha Okinawa memang mobil kaca anti peluru tersebut tidak dibawa Nakano, dan sempat ada penembakan di sana sehingga seorang pimpinan yakuza yang ada di dalamnya meninggal dunia," kata dia.

Info lengkap yakuza dapat dibaca di www.yakuza.in.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas