Korban Gas Sarin Bawah Tanah di Jepang 22 Tahun Lalu hingga Kini Masih Resah
Seorang pria berusia 58 tahun mengaku belum tenang atas dampak gas sarin yang sempat masuk ke tubuhnya 22 tahun lalu itu.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Kejadian teror dengan gas sarin di jalur kereta api bawah tanah Tokyo tahun 1995 telah berlangsung 22 tahun lalu. Namun korbannya hingga kini masih resah ingin tahu dampak gas tersebut bagi dirinya di masa depan.
"Pemeriksaan gratis dilakukan oleh yayasan pendukung korban gas sarin di daerah Adachiku Tokyo 14 Oktober kemarin dan tidak sedikit yang masih resah atas dampak jangka panjang gas bagi kehidupan mereka," ungkap seorang dokter yang memeriksa salah satu korban kepada Tribunnews.com, Sabtu (14/10/2017).
Seorang pria berusia 58 tahun mengaku belum tenang atas dampak gas sarin yang sempat masuk ke tubuhnya 22 tahun lalu itu.
"Saya pikir mungkin seperti radioaktif, gas ini sangat berbahaya dan yakin punya dampak jangka panjang nantinya, jadi saya periksa di sini tadi," kata korban.
Baca: Paspampres Sempat Panik saat Listrik di Rumah Calon Menantu Jokowi Tiba-tiba Padam
Dokter Shinichi Ishimatsu dari Rumah Sakit Internasional St. Luke mengungkapkan kegiatan ini berusaha untuk mengurangi kegelisahan para korban dengan info yang ada sekaligus memberikan tambahan pengobatan medis diperlukan sesuai situasi kondisi korban.
Teror gas sarin bawah tanah membunuh 13 orang dan mencederai sekitar 6.300 orang termasuk Tribunnews.com nyaris terkena kasus tersebut saat menjalankan tugas sebagai wartawan di Tokyo.
Pemeriksaan kesehatan tersebut dijadwalkan akan diadakan juga di Koshigaya, Perfektur Saitama pada tanggal 28 Oktober dan juga di Shibuya tanggal 18 dan 19 November 2017.