Pimpinan MHPS Jepang Sejak 1997 Sukses Berbisnis dengan PT PLN
Ishikawa seorang insinyur yang banyak membidangi turbin banyak mengenal para pejabat PLN sejak 1997 hingga kini.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Managing Director Mitsubishi Hitachi Power Systems (MHPS), Masao Ishikawa ternyata telah mengenal Indonesia sejak tahun 1997 sehingga kini sukses berbisnis dengan Indonesia khususnya dengan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).
"Saya mengenal dan berbisnis dengan Indonesia sejak 1997 hingga akhirnya tahun 2003 dipindahkan ke Takasagi Hyogo Jepang lalu 2015-2017 jadi CEO di Singapura base Asia Pasifik MHPS. Dan sejak sekitar 3 bulan lalu masuk jadi pimpinan MHPS," kata Ishikawa kepada Tribunnews.com, Selasa (31/10/2017).
Ishikawa seorang insinyur yang banyak membidangi turbin banyak mengenal para pejabat PLN sejak 1997 hingga kini.
Baca: Dedi Mulyadi Masih Bisa Memilih, Tetap di Golkar atau Pindah Partai Lain
"Kami ikut tender ada kalanya menang ada kalanya kalah. Biasa itu. Tapi dengan kepercayaan yang terus bertambah dari PLN kepada kami, syukurlah bisnis semakin baik saat ini," kata dia.
Proyek MHPS antara lain di Cilegon, Tanjung Priok, Muara Karang dan sebagainya.
"Seringkali saya pulang pergi Indonesia hadiri peresmian proyek dan sebagainya sehingga Indonesia sudah seperti rumah saya sendiri," kata pecinta makanan Indonesia khususnya sate ayam dan pernah pula ke Candi Borobudur Yogyakarta.
Baca: Kades Akhirnya Mau Tanda Tangan, Impian Suswiji Dapat Program Bedah Rumah Terwujud
"Indonesia banyak berubah sejak tahun 1990 an hingga kini. Mobil banyak sekali dan kemacetan sangat parah di Jakarta," kata Ishikawa membedakan Jakarta dulu dan sekarang.
Kini sejak Kamis (2/11/2017) kemarin, Ishikawa sedang berada di Jakarta.
Lalu bagaimana masa depan MHPS di Indonesia?
"Kita serius sekali memikirkan Indonesia. Saat ini sales and service akan semakin ditingkatkan, jumlah karyawan di Indonesia mungkin sekitar 50 orang dan akan semakin banyak," kata dia.
Proyek di Jawa Tengah, Tanjung Jati dan Cirebon juga sedang dikerjakan saat ini, jadi akan semakin sibuk dan semakin banyak membutuhkan tenaga kerja Indonesia.
Baca: Mantan Gubernur Kepri Soerya Respationo Diperiksa sebagai Saksi Kasus Ujaran Kebencian
"Namun bagi yang mau bekerja di MHPS ya welcome saja termasuk yang ada di Jepang," tambahnya.
Oleh karena itu Ishikawa sedang memikirkan kemungkinan pembuatan boiler di Indonesia.
"Kita sedang riset kemungkinan mencari bahan mentah pembuat turbin karena local content diminta sedikitnya 30 persen di Indonesia. Kalau sudah selesai riset nanti kita putuskan untuk investasi di Indonesia guna membuat boiler di Indonesia tentunya akan sangat baik bagi semua pihak," ujarnya.
Untuk itu kerja sama dengan berbagai rekanan usaha di Indonesia nantinya juga akan sangat dibutuhkan guna keberhasilan produksi boiler MHPS di Indonesia di masa depan.
Investasi akan jauh semakin banyak dilakukan di Indonesia setelah hasil riset saat ini selesai dilakukan.
Sementara pengiriman turbin Senin lalu bagi proyek Jawa-2 dilakukan dan proyek lengkap keseluruhan diperkirakan selesai bulan Mei 2019 untuk Tanjung Priok Muara Karang dengan total kapasitas ribuan mega watt.
"Kita juga mengusulkan kelas J turbin yang sangat besar itu bagi PLN tetapi tampaknya mungkin juga masih terlalu besar bagi Indonesia saat ini. Sementara untuk tempat yang berpenduduk agak sedikit seperti Sumatera dan Kalimantan mungkin bisa dibuat pembangkit listrik sekitar 100 mega watt," katanya.
Demikian pula pembangkit listrik tenaga batu bara MHPS punya teknologi khusus filtering asapnya sehingga yang ke luar asap sudah bersih tidak mengganggu lingkungan.
"Saya belum pernah ke Bali, sedangkan terminal 3 Soekarno Hatta katanya sangat luas sekali, Kamis 2 November Garuda akan mendarat di sana, menarik juga saya mau tahu luasnya terminal itu mungkin lebih luas dari Bangkok Thailand ya?" tanya Ishikawa.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.