Badan Anti Doping Jepang Mulai Memperketat Atlet Persiapkan Olimpiade 2020
Seorang atlet Canoe Jepang terbukti menggunakan obat-obatan doping dalam kejuaraan mendayung (Canoe) di Komatsu Jepang September tahun lalu.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Seorang atlet Canoe (kanu, sampan) Jepang terbukti menggunakan obat-obatan doping dalam kejuaraan mendayung (Canoe) di Komatsu Jepang September tahun lalu.
Badan Anti Doping mulai melakukan aksi disiplinnya.
"Kami sedang mempertimbangkan atlet tersebut yang terdeteksi mengkonsumsi obat doping. Namun yang melakukan ternyata temannya agar atlet tersebut jatuh," ungkap sumber Tribunnews.com, Selasa (9/1/2018).
Sebuah kejuaraan Mendayung, Kayak Single di Komatsu di Perfektur Ishikawa Jepang bulan September lalu diikuti berbagai atlet mendayung Jepang dan belum lama terdeteksi dari urineny, atlet tersebut mengkonsumsi obat doping.
Baca: PDIP Janji Sosok Pengganti Azwar Anas Bakal Mengejutkan Lawan Politik
Sang atlet membantah minum obat tetapi mengakui minum minuman penyegar yang umum terjual di pasaran.
Setelah dilakukan pemeriksaan dan penyelidikan sekitarnya ternyata kesaksiannya benar.
Atlet tersebut "dikerjai" temannya, diisikan obat doping ke dalam minumannya dengan maksud agar atlet tersebut tidak bisa menang di kejuaraan karena terbukti doping.
Pelakunya telah mengakui perbuatannya dan kini Badan Anti Doping Jepang sedang mempertimbangkan posisi para pelaku dan atlet tersebut terutama terkait partisipasinya di Olimpiade 2020 mendatang.
Badan Anti-Doping Dunia dengan tegas meminta Jepang untuk mengistirahatkan atlet yang pernah terlibat doping agar tidak disertakan dalam Olimpiade 2020 mendatang.
Baca: Faisal Dapat Setoran Rp 31 Juta dari Warga Asing yang Pesan Video Porno Lewat Telegram
Itulah sebabnya organisasi atlet olahraga Jepang kini sedang menghadapi berbagai proses penyelidikan dan pertimbangan lebih lanjut mengenai sejumlah atlet yang terbukti mengkonsumsi obat doping ke dalam tubuhnya.
"Pengetatan sangat tinggi sudah dilakukan sejak dini, dua tahun sebelum dilakukan Olimpiade agar semua atlet Jepang bersih saat Olimpiade," tambah sumber itu.