Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Nyaris Tak Ada Lagi Air di Ibu Kota Afrika Selatan, Bagaimana Nasib Para Penduduknya?

Masalah ini kemudian diperparah dengan dua musim dingin yang kering lagi, perubahan iklim, dan buruknya pengelolaan air di Cape Town.

Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Nyaris Tak Ada Lagi Air di Ibu Kota Afrika Selatan, Bagaimana Nasib Para Penduduknya?
Roger
Warga mengantre untuk mengambil air dari keran yang bersumber dari mata air di Newlands, Mei 2017 lalu. 

TRIBUNNEWS.COM, CAPE TOWN - 4 Juni 2018 akan menjadi hari ketika Cape Town, ibu kota Afrika Selatan kehabisan air. Mulai dari hari tersebut, 4 juta penduduknya hanya akan bisa menggunakan 25 liter air per hari.

Mengeringnya air di Cape Town berawal pada musim dingin yang kering pada 2015. Kurangnya hujan pada tahun tersebut membuat tinggi air di dalam bendungan turun hingga 20 persen.

Baca: Pagi-pagi, Inul Daratista Bikin Baper: Mencintaimu Bukan Saja Karena Kumis Tebalmu

Masalah ini kemudian diperparah dengan dua musim dingin yang kering lagi, perubahan iklim, dan buruknya pengelolaan air di Cape Town.

Namun, sebuah studi mengusulkan bahwa solusi untuk kekeringan Cape Town mungkin sedang berada di bawah kaki mereka.

Laporan yang dipublikasikan oleh para peneliti dari Flinders University dan National Centre for Groundwater Research and Training dalam jurnal Nature pada tahun 2013 mendokumentasikan adanya ribuan triliun liter air bersih di bawah dasar laut cekungan Bredasdorp, ujung selatan Afrika Selatan.

Menurut studi tersebut, bumi menyimpan 120.000 mil kubik air bersih di bawah laut. Jumlah tersebut bisa menyelesaikan masalah kekurangan air tidak hanya di Cape Town, tetapi juga Sao Paulo dan Meksiko.

Berita Rekomendasi

Namun, mengambil air dari akuifer lepas pantai bukan hal yang mudah. Geofisikawan dan Associate Professor di Colorado School of Mines yang telah mempelajari akuifer lepas pantai sejak 2002, Brandon Dugan, berkata bahwa kita belum benar-benar mengerti sistem ini maupun volume pastinya.

“Jadi sulit untuk menciptakan strategi memompa yang memaksimalkan penggunaan sumber daya,” katanya kepada Verge, Kamis (15/2/2018).

Menurut Dugan, geofisikawan perlu tahu bagaimana air ini tersimpan di bawah laut. Jika ia berasal dari gletser zaman es yang meleleh, maka sumber daya ini bisa habis.

Namun, jika air berasal dari permukaan tanah yang kemudian terserap, maka akuifer bawah laut bisa menjadi sumber daya terbarukan.

Selain itu, juga ada pertanyaan mengenai legalitasnya. Pakar hukum akuifer Renee Martin-Nagle berkata bahwa suatu negara baru bisa mengakses penyimpanan air ini bila masih berada dalam zona ekonomi ekslusif mereka (200 mil dari garis dasar pantai).

Namun kalau pun Cape Town berhak mengakesnya, biayanya tidak murah.

Mark Willet, insinyur dan direktur Wannacomet Water Company, AS berkata bahwa untuk mengambil air bersih lepas pantai, dibutuhkan alat pembor lepas pantai untuk membuat sumur.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas