'Ladang' Pertempuran Senjata Kimia Terjadi di Suriah, 70 Orang Tewas Mengenaskan
Pusat Media Ghouta pro-oposisi mencuitkan bahwa lebih dari seribu orang menderita akibat efek yang diduga dari serangan gas.
Editor: Hendra Gunawan
"Teroris Jaish al-Islam yang tengah hancur dan media mereka yang (membuat) serangan kimia buatan karena terkena dan upayanya gagal untuk menghalangi serangan oleh tentara Arab Suriah," jelas media pemerintah.
Apakah pemerintah Suriah pernah menggunakan gas sebelumnya?
Pada Agustus 2013, roket yang berisi gas syaraf sarin ditembakkan di area yang dikuasai pemberontak di Ghouta Timur, yang menewaskan ratusan orang.
Sebuah misi PBB mengkonfirmasi penggunaan sarin, namun tidak meminta pemerintah Suriah menyebutkan siapa yang bertanggung jawab. Negara Barat mengatakan hanya pasukan pemerintah Suriah yang dapat melakukan serangan tersebut.
Pada April 2017, lebih dari 80 orang tewas dalam serangan gas sarin di kota yang dikuasai oposisi Khan Sheikhoun, dan penyelidikan bersama PBB dan Organisasi Untuk Pelarangan Senjata Kima OPCM berpendapat pemerintah Suriah yang bertanggung jawab.
PBB menyebutkan pemerintah Suriah dibalik serangan sarin pada 2017
Aktivis, paramedis dan AS mengatakan pasukan pemerintah menjatuhkan bom yang mengandung gas racun klorin ke kota yang dikuasai pemberontak pada awal 2018.
Misi gabungan PBB dan OPCW menyelidiki laporan tersebut. Sebelumnya ditemukan bahwa pasukan pemerintah menggunakan klorin sebagai senjata setidaknya tiga kali selama berlansungnya perang sipil dalam tujuh tahun.
Apa yang terjadi di Douma?
Douma merupakan kota terakhir yang dikuasai pemberontak di bagian wilayah Ghouta Timur, dan dikepung pasukan pemerintah yang didukung Rusia.
Serangan udara dan darat secara intensif dilakukan pada Jumat setelah pembicaraan antara Moskow dan pemberontak menemui kegagalan.
Sebelum negosiasi gagal, Jaish al-Islam telah berupaya untuk mengamankan kesepakatan yang dapat mengizinkan para anggotanya untuk bertahan di Douma sebagai pasukan keamanan lokal.
Kelompok pemantau Suriah yang berbasis di Inggris, Syrian Observatory for Human Rights, mengatakan serangan udara pemerintah telah menewaskan 40 orang warga sipil pada Jumat, dan 30 lainnya pada Sabtu lalu.
Media pemerintah mengatakan enam warga sipil juga tewas akibat tembakan pemberontak di ibukota Damaskus, dan 38 orang lainnya terluka. Jaish al-Islam membantah bertanggung jawab atas insiden tersebut.
Media pemerintah Suriah mengatakan warga sipil di pinggiran Damaskus tewas dan terluka oleh tembakan mortir pemberontak.
Pasukan yang loyal terhadap Presiden Suriah Assad telah merebut kembali hampir seluruh wilayah Ghouta Timur melalui serangan yang dimulai sejak Februari lalu.
Lebih dari 1.600 orang dilaporkan tewas dan ribuan lain terluka.(*)