Menyambangi Situs Warisan Dunia Gulang Yu Island di Tiongkok
Setelah menaiki kapal Feri di pelabuhan kota Xiamen selama lima menit, para Mahasiswa diajak melihat bangunan bangunan berasitektur eropa
Penulis: Taufik Ismail
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews, Taufik Ismail
TRIBUNNEWS.COM, FUJIAN - Selain menyambangi sejumlah Universitas di Provinsi Fujian, Tiongkok, 20 Mahasiswa Indonesia dan 20 Mahasiswa China yang mengikuti program pertukaran Pelajar Write to China sejaka 14-20 April 2018 juga menyambangi sejumlah destinasi wisata sejarah.
Baca: Sekjen PDIP : Kartini Pasti Manangis Lihat Perilaku Elite yang Kurang Teladan
Baca: Aksi Kekerasan Match Steward ke Aremania Tersorot hingga Luar Negeri
Salah satunya yakni Pulau Gulang atau Gulang Yu di bagian Barat Daya Kota Xiamen. Pulau yang dulunya dikenal dengan Yuan Sha Zhou tersebut banyak terdapat bangunan bangunan kolonial.
Dulunya di pulau seluas dua kilometer persegi tersebut banyak tinggal warga asing sebagai konsesi kekalahan perang opium pertama sesuai Perjanjian Nanking tahun 1842.
Setelah perjanjian tesebut pulau ini pernah diduduki oleh tiga belas negara antara abad ke-19 dan awal abad ke-20
Setelah menaiki kapal Feri di pelabuhan kota Xiamen selama lima menit, para Mahasiswa diajak melihat bangunan bangunan berasitektur eropa yang dulunya merupakan kantor konsulat.
Menggunakan mobil listrik mahasiswa diajak menyusuri jalan Sanming, Lujiao, Zonhua melihat sejumlah gedung kosulat dianataranya Jepang, Britania, Jerman, Belanda, Perancis.
Tidak hanya gedung konsulat, di pulau yang sejak 2017 lalu ditetapkan sebagai warisan bersejarah oleh Unesco juga terdapat gereja tua Ecclesia Catholica.
Lebih dari setengah jam berkeliling, mobil yang menyusuri gedung kolonial tersebut, kemudian berhenti kebun Shuzhuang.
Menaiki tangga batu karang dari kebun tersebut pelajar diajak melihat lebih dari 30 piano tua di Museum Piano. Mulai dari Clementi, Ronisch, John Broadwood and sons, dan Amerika Steinway dan sons dari abad 19.
“Piano ini dulunya dikumpulkan oleh warga Gulangyu, kemudian dikumpulkan dan dibikin museum,” ujar salah satu staf pengajar di Univeristas Sanming yang mendampingi pelajar Indonesia.
Setelah dari museum piano, para pelajar kemudian diajak ke bangunan tua dua lantai yang berisi barang barang bersejarah peniggalan para konsulat zaman dulu.
Mulai dari telepon, kalkulator, pemutar musik, timbangan, dan lainnya.
Tepat di seberang bangunan tua yang dijadikan museum, para mahasiswa juga diajak menontoton pertunjukan wayang golek. Kepada pelajar yang duduk di kursi penonton ‘dalang’ dengan lihai memainkan jarinya sehingga wayang bergerak membentuk cerita.
Ada yang menggerakan selendang, tongkat, hingga memutarkan piring dengan tongkat. Para mahasiswa bersorak dan bertepuk tangan begitu para dalang membuka rahasia kelihaian jari mereka dari atas panggung setelah cerita usai.
Di pulau yang kini ditinggali 20 ribu warga lokal tersebut, para pelajar juga melihat banyaknya calon pasangan pengantin yang mengambil foto pra nikah.
Berdasarkan penuturan Guide, Gulang Yu merupakan tempat favorit untuk mengambil foto pra nikah. Saat kunjungan saja lebih dari 10 pasangan mengambil foto Pra nikah di pulau itu dengan latar belakang pantai maupun bangunan tua.
Menurut guide yang membawa pelajar Indonesia-Tiongkok, pulau tersebut selalu dibanjiri wisatawan setiap harinya.
Lebih dari 10 ribu wisatawaan masuk ke pulau yang penamaanya berasal dari suara ombak menerjang karang sehingga mengeluarkan suara seperti drum yang dalam bahasa China disebut Gu berarti drum dan lang berarti gelombang.
Setelah melihat bangunan tua, piano kuno, dan wayang golek para pelajar kemudian meninggalkan pulau dengan beragam cerita.
“Sangat mengesankan, banyak benda-benda bersejarah yang hingga kini masih terawat, dan mengingatkan kita mengenai kondisi pulau ini dulunya,”ujar Risky Suprianti salah satu pelajar yang mengikuti program pertukaran pelajar, saat kapal Feri meninggalkan Gulang Yu.