Iran: Israel Rugi Besar di Lebanon, Netanyahu Terpaksa Setujui Gencatan Senjata dengan Hizbullah
Iran mengatakan Israel rugi besar di Lebanon dan Netanyahu didesak untuk menyetujui gencatan senjata dengan Hizbullah yang mulai berlaku kemarin.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Nuryanti
TRIBUNNEWS.COM - Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, mengatakan gerakan perlawanan Lebanon, Hizbullah, sekali lagi telah menghancurkan mitos tentang ketangguhan Israel.
Abbas Araghchi mengatakan Israel yang disebut-sebut memiliki kekuatan militer yang tak terkalahkan kini tunduk dan menyetujui gencatan senjata dengan Hizbullah.
"Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memohon gencatan senjata setelah rezim menderita kerugian besar di Lebanon selatan," katanya pada Rabu (27/11/2024) malam di akun X miliknya, beberapa jam setelah gencatan senjata berlaku antara Israel dan Hizbullah.
Menurutnya, Israel telah memeras sekutunya, Amerika Serikat (AS), yang memberikan bantuan militer untuk mendanai perangnya.
Namun, sekutu Israel terus memaksa Netanyahu untuk mengakhiri serangannya di Lebanon selatan karena jumlah korban jiwa yang meningkat.
"Selama setahun terakhir, Netanyahu telah memeras puluhan miliar dolar dari para pembayar pajak AS untuk mendanai kejahatan perangnya, sembari menikmati dukungan militer dan perlindungan politik penuh dari AS. Ia masih dipaksa untuk memohon gencatan senjata, setelah banyaknya korban di Lebanon selatan," lanjutnya.
Menteri Iran tersebut juga mendesak Israel agar mencapai gencatan senjata dengan Hamas di Jalur Gaza.
"Hizbullah sekali lagi menghancurkan mitos tentang Israel yang tak terkalahkan. Sudah saatnya bagi Israel untuk menerima kekalahan di Gaza juga," tambahnya.
Israel dan sekutunya menuduh Iran terlibat dalam mendukung kelompok perlawanan termasuk Hizbullah dan Hamas melalui bantuan dari Pasukan Quds yang tergabung dalam Garda Revolusi Iran (IRGC).
Hizbullah mendukung perlawanan Palestina, Hamas, dan terlibat pertempuran dengan Israel di perbatasan Lebanon selatan dan Israel utara, wilayah Palestina yang diduduki.
Serangan Hizbullah di Israel utara dimulai pada 8 Oktober 2023 sebelum akhirnya Hizbullah dan Israel menyetujui gencatan senjata pada 27 November 2024.
Baca juga: Hizbullah: Kami Mencapai Kemenangan atas Israel, Kemenangan Datang dari Tuhan Yang Maha Esa
Gencatan senjata Hizbullah dan Israel terjadi setelah Israel memperluas serangannya ke Lebanon selatan sejak Senin (23/9/2024).
Sebelumnya, Hizbullah menuntut Israel untuk mencapai gencatan senjata dengan Hamas di Jalur Gaza terlebih dahulu.
Namun, Hamas kini menerima keputusan Hizbullah yang telah mencapai gencatan senjata dengan Israel.