Najib Razak Diprediksi Menang Dalam Pemilu Malaysia
"Saya mengira Najib akan datang dengan kemenangan gemilang," kata Kepala Obligasi Negara Berkembang Edwin Gutierrez
Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Adi Suhendi
Laporan wartawan Tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, MALAYSIA - Sejumlah pusat keuangan di seluruh dunia memprediksi Perdana Menteri Malaysia Najib Razak akan mudah memenangkan Pemilu Malaysia yang akandigelar, Rabu (9/5/2018).
"Saya mengira Najib akan datang dengan kemenangan gemilang," kata Kepala Obligasi Negara Berkembang Edwin Gutierrez, yang berbasis di Aberdeen Standard Investments, London, seperti dikutip CNN, Senin (7/5/2018).
Baca: Putin Untuk Keempat Kalinya Terpilih Menadi Presiden Rusia
Kali ini Najib akan menghadapi blok oposisi empat partai yang dipimpin Mahathir Mohamad.
Sementara Mahathir telah menunjukkan kemampuan untuk memenangkan suara Melayu, koalisinya terkadang berjuang untuk menyampaikan pesan kohesif kepada pemilih.
Gerakan terbaru dari pemerintahan Najib menunjukkan beberapa kecemasan.
Bulan lalu, pihak berwenang memperkenalkan hukum penjara kepada pelanggar yang menyebarkan berita palsu yang telah dikritik sebagai upaya untuk menahan perbedaan pendapat.
Baca: PAN Tidak Diundang Dalam Pertemuan Sekjen Partai Politik Pendukung Jokowi
Partai Mahathir untuk sementara dilarang berkampanye dan pemerintah telah mengubah batas pemilihan, sebuah situasi yang dikatakan anggota parlemen oposisi akan menguntungkan koalisi yang berkuasa.
"Jika Barisan Nasional (BN) gagal mendapatkan margin yang cukup besar dari 133, maka pertanyaan akan terus berlanjut apakah dia masih orang yang tepat untuk pekerjaan itu dari dalam dan luar partainya," kata Asrul Hadi Abdullah Sani, seorang analis dari konsultan Bower Group Asia di Kuala Lumpur.
Baca: Diperiksa Polisi, Anak Korban Intimidasi Saat Car Free Day Ketakutan
Dalam jajak pendapat menunjukkan bahwa kemenangan apa pun mungkin bergantung pada dua negara bagian di Kalimantan yang mencakup seperempat kursi di parlemen meskipun hanya menampung sekitar 20 persen penduduk Malaysia.
Kesenjangan ini membantu menjelaskan mengapa pada tahun 2013 oposisi memenangkan suara populer untuk pertama kalinya namun kalah dalam pemilihan.