Pemilu Malaysia: Perhitungan Suara dan Kursi Kubu Mahathir dan Najib Berlangsung Ketat
Dilaporkan South China Morning Post, penutupan itu terjadi meski masih ada warga yang mengantre untuk menggunakan hak pilih.
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, KUALA LUMPUR - Pemilihan Umum ( Pemilu) yang ada di Malaysia Rabu (9/5/2018) resmi berakhir pada pukul 17.00 waktu setempat.
Dilaporkan South China Morning Post, penutupan itu terjadi meski masih ada warga yang mengantre untuk menggunakan hak pilih.
Baca: Pemungutan Suara di Malaysia Resmi Ditutup Sore Tadi
Ketika Komisi Pemilu (EC) Hashim Abdullah menjelaskan, langkah itu dilakukan untuk menjamin tidak ada komplain yang dilayangkan masing-masing kubu.
"Hanya yang masih berada dalam bilik diperkenankan untuk menyelesaikan hak memilihnya," kata Hashim dalam keterangannya.
Seorang pejabat EC berujar, Pasal 23 Regulasi Pemilihan 1981 menyatakan, semua Tempat Pemungutan Suara (TPS) harus mengikuti jam yang sudah ditentukan.
Terdapat toleransi bagi mereka yang sudah mendapat kertas suara, namun belum memberikan hak pilih dikarenakan masih mengantre.
"Warga yang tidak bisa memberikan suaranya boleh mengisi gugatan di pengadilan sehari setelah pemilu," ujar pejabat tersebut dilansir The Star.
EC, lanjutnya, bakal menggelar pemilihan khusus jika nanti pengadilan mengabulkan gugatan yang dilayangkan oleh pemilih.
Kalangan oposisi langsung menulis di Twitter keluhan mereka di mana ada warga yang harus mengantre hingga tiga jam sebelum bisa menjalankan hak sebagai warga negara.
Lembaga pengawas pemilu, Bersih, menyerukan kepada pemilih untuk tidak pergi dari TPS meski panitia menyatakan mereka terlambat.
"Bertahan dan tetap dapatkan hak Anda untuk memilih. Bukan kesalahan Anda jika mereka (panitia) bertindak terlalu lambat," kata Bersih.
Hasil tidak resmi setelah penutupan TPS menunjukkan, sekitar 70 persen dari 14.449.200 pemilih terdaftar telah datang memilih.
Jumlah tersebut mengalami penurunan dibanding Pemilu 2013. Ketika itu, angka turnout dari para pemilih mencapai 84,8 persen.
Pemilu yang berlangsung Rabu ini menjadi pertarungan sengit Perdana Menteri Petahana Najib Razak, dan mantan PM Mahathir Mohamad.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.