Pemakaman Razan Al Najjar Relawan Medis yang Ditembak Sniper Israel, Ayah Ungkap Kenangan Sang Putri
Terlalu lelah untuk mencucurkan air mata lagi, Sabreen al-Najjar mengingat terakhir kali dia melihat putrinya, Razan, hidup.
Editor: Suut Amdani
"Fragmen peluru melukai tiga anggota lain dari tim kami."
"Razan pada mulanya tidak menyadari dia telah ditembak, tetapi kemudian dia mulai menangis, 'Punggung saya, punggungku!' dan kemudian dia jatuh ke tanah."
"Itu sangat jelas dari seragam kami, rompi kami dan tas medis, siapa kami," tambahnya.
"Tidak ada pemrotes lain di sekitar, hanya kami. Menyelamatkan nyawa dan mengevakuasi yang terluka."
Razan berbicara di The New York Times
Dalam wawancara dengan Al Jazeera pada 20 April, Razan mengatakan bahwa dia merasa itu adalah "tugas dan tanggung jawabnya" untuk hadir di protes dan membantu yang terluka.
"Tentara Israel berniat untuk menembak sebanyak yang mereka bisa," katanya pada saat itu.
"Ini gila dan aku akan malu jika aku tidak ada di sana untuk bangsaku."
Berbicara kepada The New York Times bulan lalu, Razan menggambarkan antusiasme yang dia miliki untuk pekerjaan yang dia lakukan.
"Kami memiliki satu tujuan - untuk menyelamatkan nyawa dan mengevakuasi [orang-orang yang terluka]," katanya.
"Kami melakukan ini untuk negara kami," lanjutnya, menambahkan bahwa itu adalah pekerjaan kemanusiaan.
Razan juga menolak penilaian masyarakat terhadap perempuan yang bekerja di lapangan, di mana ia sendiri akan melakukan shift 13 jam, mulai dari jam 7 pagi sampai jam 8 malam.
"Perempuan sering diadili tetapi masyarakat harus menerima kita," kata Razan.