Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Hiasan Ikan Bonito Terbang Lambang Kemakmuran Kisennuma Jepang

Kini hiasan ikan bonito tersebut mulai dikibarkan kembali di dekat toko sake lokal "Sake no Saishin".

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Hiasan Ikan Bonito Terbang Lambang Kemakmuran Kisennuma Jepang
Foto Kahoku
Katsuo no bori, ikan bonito terbang, bukan ikan emas terbang untuk kemakmuran Kisennuma. 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Selama 21 tahun berturut-turut daerah perikanan Kisennuma yang sempat hancur dihantam tsunami 11 Maret 2011, menggunakan Katsuonobori, ikan bonito terbang sebagai hiasan lambang kemakmuran daerah tersebut.

Dan kini hiasan ikan bonito tersebut mulai dikibarkan kembali di dekat toko sake lokal "Sake no Saishin".

"Daerah pelabuhan perikanan Kesennuma ini memang memiliki produksi tuna terbesar di Jepang dalam 21 tahun berturut-turut. Kemakmuran yang dicapai digambarkan dengan pengibaran Katsuonobori tersebut setiap tahunnya sebagai rasa terima kasih kepada semua pihak dan kepada Yang Maha Kuasa," ungkap Ukino seorang warga Kesennuma kepada Tribunnews.com, Senin (11/6/2018).

Hiasan yang akan terbang ditiup angin itu berbentuk ikan bonito dipasang dekat pasar ikan di Kesennuma.

Jadi kalau biasanya Koinobori (ikan emas terbang) kini yang terlihat justru Katsuonobori khusus di Kesennuma.

Baca: Orang Jepang yang Mengaku Raja Belut di Indonesia Ternyata Hanya Pemberi Makan Belut

Benda dekorasi keberuntungan ini berasal dari Perfektur Kagoshima dan Perfektur Kochi sebenarnya.

Berita Rekomendasi

Seorang warga Kota Nichinan Perfektur Miyazaki yang datang ke Kesennuma untuk membantu pemulihan dan bangkitnya kota tersebut dari hempasan bencana alam lalu, akhirnya memperkenalkan Katsuo no bori tersebut yang kini banyak dipasang di sana.

"Saya mau terus dipasang sampai masa panen ikan selesai," ungkap Yukihiro Kikuchi (65), seorang pemilik toko ikan bonito yang juga menjual jenis ikan keringnya di tokonya.

Sampai pulih 100 persen nantinya Katsuo no bori akan dipasang terus menurutnya supaya kota itu semakin sukses di masa mendatang.

Katsuo juga dipakai untuk diparut secara halus dan banyak dipakai untuk berbagai makanan tradisional Jepang biasa dikenal dengan nama katsuobushi.

Katsuobushi adalah makanan awetan berbahan baku ikan cakalang (katsuo), lalu diserut menjadi seperti serutan kayu sangat tipis untuk diambil kaldunya yang merupakan bahan dasar masakan Jepang.

Kemudian ditaburkan di atas makanan sebagai penyedap rasa, atau dimakan begitu saja sebagai teman makan nasi.

Baca: Jokowi Tiba-tiba Naik Bus di Terminal Baranangsiang Bogor yang Ditumpangi Pemudik dan Menyapa Mereka

Katsuobushi yang sudah diserut tipis, berwarna cokelat muda hingga merah jambu sedikit bening umumnya dijual dalam kemasan plastik.

Katsuobushi sebagai penyedap makanan biasanya ditaburkan di atas hiyayako (tahu dingin), okonomiyaki dan takoyaki.

Katsuobushi yang sudah diserut disebut kezuribushi.

Pengawetan ikan cakalang menjadi katsuobushi umum dilakukan di beberapa negara seperti Jepang dan Kepulauan Maladewa.

Teknik pengawetan ikan menjadi katsuobushi sudah dikenal di Jepang sejak sebelum zaman Edo.

Katsuobushi disebut juga ikan kayu karena ikan cakalang yang sudah diolah menjadi sangat keras seperti kayu, sehingga sebelum digunakan harus diserut dengan alat ketam.

Ikan dibelah menjadi dua bagian untuk membuang bagian tulang, menyisakan bagian daging ikan berbentuk lengkungan seperti kapal yang disebut fushi.

Baca: BREAKING NEWS: Penderita Gangguan Jiwa Ngamuk, 2 Warga Tewas Disabet Parang

Daging ikan kemudian diproses sehingga produk akhirnya disebut katsuobushi.

Pemrosesan terdiri dari berbagai tahap, sebutan untuk ikan cakalang yang hanya direbus dan dikeringkan adalah namaribushi.

Tahap selanjutnya adalah memproses namaribushi dengan cara pengasapan atau pengapangan untuk menumbuhkan berjenis-jenis kapang di atas permukaannya.

Produk akhir yang sering digunakan dalam masakan Jepang adalah katsuobushi yang mengalami pengapangan dan namaribushi.

Katsuobushi kaya dengan vitamin B kompleks dan banyak mengandung inosine dan unsur umami sehingga selalu digunakan di Jepang sebagai bumbu dapur atau penyedap.

Dalam istilah orang Jepang, umami adalah rasa "lezat" yang merupakan rasa tambahan dari empat rasa utama yang umum: manis, asam, asin, dan pahit.

Katsuobushi hasil pengapangan disebut karebushi yang mengandung lebih banyak unsur umami dan vitamin B dibandingkan katsuobushi biasa.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas