PM Singapura Puji-puji Kim Jong Un: Pemimpin Muda yang Percaya Diri
"Saya pikir ia memiliki niat untuk melakukan sesuatu, dan itulah sebabnya ia bertemu dengan Donald Trump."
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, SINGAPURA - Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un tampil sebagai seorang pemimpin muda yang percaya diri dan ingin membentuk 'jalan baru' bagi negaranya.
Setidaknya, itulah yang disampaikan oleh Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong kepada CNN pada Senin kemarin.
"Ia adalah seorang pemimpin muda yang percaya diri, saya pikir ia ingin pergi menuju ke jalan yang baru, jalan yang siap ia hadapi dan mencari cara bagaimana perjanjian itu bisa diselesaikan, (menurut saya) itu adalah masalah yang rumit," kata Lee dalam wawancaranya dengan koresponden internasional CNN.
"Saya pikir ia memiliki niat untuk melakukan sesuatu, dan itulah sebabnya ia bertemu dengan Donald Trump," tambah Lee.
Baca: Pemerintah Singapura Pamerkan Kuliner Khas di KTT Kim Jung Un-Donald Trump
Dilansir dari laman Channel News Asia, Selasa (12/6/2018), Lee bertemu dengan Kim untuk kali pertama pada Minggu malam, kemudian keesokan harinya yakni pada Senin ia bertemu pula dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan makan siang bersama Trump dan para delegasi AS.
Perlu diketahui, jadwal pertemuan untuk Trump dan Kim telah diatur, keduanya akan bertatap muka pada Selasa pagi dalam pertemuan puncak KTT dan itu akan mencetak sejarah baru bagi kedua negara.
Baca: Iqbal Ramadhan Suka Terbawa Karakter Dilan
Lee mengatakan bahwa ia berharap KTT akan meminimalisir kecenderungan negatif yang muncul dari perkembangan hubungan Korut dengan sejumlah negara terkait kesepakatan masalah denuklirisasi lengkap di Semenanjung Korea.
"Kami berharap semoga dengan menyediakan tempat yang netral, yang menyenangkan bagi kedua belah pihak, bisa memungkinkan pertemuan puncak yang produktif dan akan membalikkan tren negatif dari peristiwa di Korea selama beberapa bulan terakhir," tegas Lee.
Baca: Suami Artis Dina Lorenza Diciduk Polisi Atas Dugaan Kepemilikan Narkoba dan Senjata Api
Saat disebut letak Singapura cukup jauh dari Semenanjung Korea, yakni menempuh waktu selama 10 jam menggunakan pesawat, Lee menjawab bahwa waktu yang dibutuhkan untuk bisa mencapai Singapura dari Korut adalah 'lebih sedikit jika menggunakan rudal'.
Namun demikian, ia menjelaskan bahwa kekhawatiran Singapura bukanlah 'takut' menjadi target militer Korut.
"Jika ada ketegangan di Asia Timur Laut di Semenanjung Korea, itu akan mengguncang wilayah tersebut dan Asia Tenggara tidak akan terlepas, bahkan dunia," kata Lee.
"Saya pikir pertemuan ini bisa menghasilkan hal yang konstruktif, dan kami dapat menyumbangkan sesuatu untuk itu, saya pikir itu adalah tugas yang harus kami lakukan," papar Lee.
'Memberi dan Menerima'
Saat ditanya terkait pandangannya tentang Trump dan KTT, Lee mengatakan, "saya pikir ia (Trump) berharap untuk bisa mendapatkan hasil yang positif dan yang penting adalah ia perlu (tahu) apakah Kim serius atau tidak,".
Lee menambahkan, jika kedua belah pihak serius menginginkan kesepakatan, maka mereka harus siap untuk 'memberi dan menerima'.
"Sesuatu dapat diselesaikan jika anda benar-benar ingin mencapai suatu hasil, jika anda tidak menginginkan adanya suatu hasil dan hanya ingin kesempatan berfoto saja kemudian pulang, maka anda hanya menang dalam dokumen kosong,".
Ia juga memperingatkan mengenai nukleasi lebih lanjut di Asia Timur dan dunia, jika ketegangan saat ini tidak diredesesi.
Korea Selatan dan Jepang telah memiliki gagasan dan kemampuan nuklir di masa lalu, dan itu mungkin tidak berhenti pada titik itu.
"Taiwan memiliki pembangkit listrik bertenaga nuklir dan mereka juga memiliki pemikiran, ini sangat tidak stabil bahkan jika anda membatasi diri ke Asia Timur," jelas Lee.
Menurutnya, negara-negara di Timur Tengah juga akan mengawasi preseden yang telah ditetapkan, "Saya pikir itu bisa sangat merepotkan bagi dunia,".