Bendungan Jepang Yang Angker Malahan Dikunjungi Pemuda Jepang, Kini Diantisipasi Sensor dan Lagu
Bendungan selesai dibangun tahun 1968 untuk menampung 120 juta kubik meter air
Editor: Johnson Simanjuntak
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS Tokyo -Sebuah bendungan di Jepang terkenal angker banyak setan lewat diskusi di internet, malahan meningkatkan keinginan pemuda Jepang mengunjungi. Akibatnya malam-malam banyak mobil dan tawa pemuda pemudi Jepang mengganggu lingkungan setempat.
"Karena banyak yang mengganggu ketenangan dan kenyamanan lingkungan, kini kita pasang sensor bagi yang mendekat maka suara musik kepahlawanan berbunyi untuk menceriakan suasana sekitar bendengan dan lampu kuning berputar-putar," papar Kaneyama seorang pengurus bendungan Shimokubo yang terletak antara Perfektur Gunma dan Saitama.
Bendungan selesai dibangun tahun 1968 untuk menampung 120 juta kubik meter air dan dipasok ke sekeliling serta menuju Tokyo.
Di bagian hilir bendungan tersebut ada daerah Sanba Sekikyo yang cantik, dipenuhi batu-batu kali serta pohon rindang di sekitarnya di kota Fujioka perfektur Gunma.
Beberapa tahun terakhir ini muncul rumor di internet diperbincangkan semakin luas, di bendungan tersbeut banyak setan bergentangan. Bahkan di isu kan ada pembunuhan massal di sana sehingga arwah banyak yang bergentangan.
"Ngawur besar itu isu-isu yang beredar, tidak ada semua itu," papar Akio Iijima, kepala badan pariwisata kota Fujioka menepis semua rumor tersebut.
Namun anak muda Jepang banyak tak percaya sehingga tetap saja banyak yang ke sana terutama malam hari sehingga menimbulkan keberisikan dengan tawa dan deruman mobil anak muda.
Sejak Maret lalu akhirnya dipasanglah sensor sirine dan lagu (musik ) yang kepahlawanan yang beroperasi kalau sensor mendeteksi adanya mbil mendekat daerah pintu masuk bendungan tersebut.
"Jiwa arwah yang ada akan hilang kalau kita merayakan sebuah festival dengan lagu ceria seperti lagu kepahlawanan tersebut. Kini tiga pendekar kita siapkan sebagai ksatria yang menghantam semua hal buruk, sekaligus dengan lagu kepahlawanan tersebut sebagai menjadi lambang daerah itu saat ini," papar Kaneyama lagi
Kenichi Murakami, kepala asosiasi pariwisata kota Kamikawa-cho yang memberikan lagu tersebut berharap hal itu bukanlahberita lucu-lucuan tetapi berharap akan meluas sehingga menjadikan daerah itu hal yang positif cerita bukan lagi terkait setan atau arwah begentangan, ungkapnya.