Sempat Alot Selama 10 Jam, Para Pemimpin Uni Eropa Sepakat Kendalikan Masuknya Migran dan Pengungsi
Sejumlah pemimpin Uni Eropa telah mencapai kesepakatan yang bertujuan untuk mengendalikan masuknya migran dan pengungsi ke Eropa.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, BRUSSELS - Sejumlah pemimpin Uni Eropa telah mencapai kesepakatan yang bertujuan untuk mengendalikan masuknya migran dan pengungsi ke Eropa.
Kesepakatan itu berhasill dicapai, Jumat pagi waktu Brussels, Belgia, setelah hampir 10 jam negosiasi di KTT Uni Eropa berlangsung alot.
Dilansir dari laman Al Jazeera, Jumat (29/6/2018), para pemimpin itu sepakat bahwa pusat pengawasan bisa dibentuk di negara-negara anggota atas dasar sukarela demi alasan kecepatan dan keamanan dalam pemrosesan.
Baca: Terus Didesak Amerika Serikat, India Bersiap Pangkas Impor Minyak dari Iran
Keputusan itu memudahkan pemrosesan dalam membedakan mana migran gelap dan mana pengungsi yang memenuhi syarat untuk mendapatkan suaka.
Kendati demikian, belum jelas negara mana yang akan menjadi tuan rumah dari pusat pengawasan itu.
Sementara para pemimpin itu juga sepakat meningkatkan pendanaan untuk Turki dan Afrika Utara serta memperkuat perbatasan eksternal Eropa.
Baca: Mahathir: Banyak Orang Indonesia Tinggal di Malaysia, Termasuk Mertua Saya
Platform disembarkasi regional, dimana para migran dan pengungsi akan diproses di negara-negara non Uni Eropa akan secara cepat dieksplorasi berdasarkan perjanjian itu, seperti yang dilaporkan BBC.
Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte mengatakan, "hari ini Italia tidak lagi sendirian,".
Perlu diketahui, Italia sebelumnya telah mengancam akan mem-veto kesepakatan apapun, jika sesama pemimpin Uni Eropa gagal berbuat lebih banyak untuk membantu negaranya yang menjadi tujuan sebagian besar migran dan pengungsi.
Baca: Usai Ketemu Mahathir, Jokowi Bercerita ke Wartawan Pengalaman Test Drive Mobil Proton di Malaysia
Komisaris migrasi Uni Eropa Dimitris Avramopoulos memuji perjanjian tersebut sebagai 'langkah positif pertama menuju lebih banyak solidaritas'.
Sedangkan Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan kepada wartawan bahwa Uni Eropa saat ini masih memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk menjembatani berbagai pandangan.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.