Dikecam Karena Membunuh Jerapah Hitam Lalu berfoto di Depannya, Wanita Ini Ungkapkan Pembelaan
Seorang pemburu memicu reaksi keras media sosial setelah berpose dengan tubuh jerapah yang ia bunuh selama ekspekdisi berburu ke Afrika Selatan.
Penulis: Natalia Bulan Retno Palupi
Editor: Wahid Nurdin
TRIBUNNEWS.COM - Seorang pemburu memicu reaksi keras di media sosial setelah berpose di depan tubuh jerapah yang ia bunuh selama ekspekdisi berburu ke Afrika Selatan.
Dilansir Tribunnews.com dari Mirror pada Selasa (3/7/2018), Tess Thompson Talley (37) dari Kentucky, Amerika Serikat, membuat marah aktivis hak-hak binatang dengan menembak jerapah hitam langka selama perjalanan pada tahun lalu.
"Doa untuk perburuan mimpi saya sekali dalam hidup menjadi kenyataan hari ini! Melihat jerapah hitam langka ini dan menguntitnya selama beberapa waktu," tulis Talley dalam unggahan yang sudah dihapus di Facebook, menurut USA Today.
Unggahan tersebut mengatakan bahwa hewan itu berusia lebih dari 18 tahun.
Rata-rata, usia jerapah bisa mencapai hingga 25 tahun, menurut National Geographic.
Upaya Talley untuk meraih komentar positif tidak berhasil.
Foto-foto itu pun baru-baru ini beredar dan viral setelah diunggah kembali di Twitter pada bulan lalu oleh situs website Africalandpost.
Baru saat itulah kecaman datang dengan cepat.
Debra Messing, seorang aktris yang terkenal karena perannya dalam serial TV NBC "Will and Grace" menggambarkan Talley di akun Instagramnya sebagai pembunuh yang menjijikkan, keji, amoral, kejam, dan egois.
Komedian Ricky Gevais yang kerap mengunggah tentang isu-isu konservasi hewan, ia menyebut perbuatan Talley tidak senonoh dan curiga itu adalah jerapah yang terancam punah.
Talley kemudian membela diri dalam email ke Fox News dalam sebuah kisah yang dipasang di situs website-nya.
Mengatakan bahwa jerapah adalah anggota dari sub-spesies Afrika Selatan yang tidak langka.
"Jumlah sub-spesies ini sebenarnya meningkat karena sebagian untuk pemburu dan upaya konservasi dibayar untuk sebagian besar oleh perburuan besar," katanya.
Perburuan besar bersifat legal di Afrika Selatan, di mana industri dan pariwisata terkait menghasilkan 2 miliar Dollar Amerika Serikat atau sekitar Rp 28 triliun.