Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Berbisnis Seks di Jepang Menomorsatukan Pelayanan Terbaik Namun Tetap Patuhi Aturan Hukum

Dulu saya kerja di perusahaan properti. Lalu teman yang sudah berbisnis seks ini malah mengajak saya ikut serta

Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Berbisnis Seks di Jepang Menomorsatukan Pelayanan Terbaik Namun Tetap Patuhi Aturan Hukum
Richard Susilo
Promosi Tokyo Style penyediaan wanita bagi orang asing di Tokyo. 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo di Jepang

TRIBUNNEWS Tokyo - Lika liku berbisnis seks di Jepang ternyata tidak mudah. Secara hukum negeri Sakura yang bebas ini memang memungkinkan dan ada aturan hukumnya yang jelas, namun prakteknya ternyata sangatlah ketat di sana sini.

"Dulu saya kerja di perusahaan properti. Lalu teman yang sudah berbisnis seks ini malah mengajak saya ikut serta dan saya pikir karena tampaknya mudah dan membawa banyak keuntungan, ya saya ikut dia sama-sama mendirikan Tokyo Style," papar K. Tanaka sang pemilik Tokyo Style, khusus kepada Tribunnews.com baru-baru ini.

Namun setelah berjalan tiga tahun nasibnya jadi berbeda sama sekali.

"Saya malah ditinggalkan begitu saja oleh teman tersebut setelah berjalan tiga tahun. Wah repot sekali deh dan tanggung sekali, banyak kerugian. Tetapi akhirnya saya putuskan jalankan sendiri sampai kini sudah 6 tahun berjalan dan syukurlah berjalan baik saat ini, mungkin karena kepercayaan dari mulut ke mulut para konsumen," jelasnya.

Apa yang membuat berhasil usaha ini?

"Ya kita harus bisa menyesuaikan diri dengan kemauan tamu tetapi juga harus bisa mengemong wanitanya dengan baik. Kalau tamu saja kita pelihara tetapi yang wanita dimasabodohkan, ya repot, kabur mereka tak mau bekerja buat kita dan banyak agen bisnis seks di Jepang mereka akan pindah ke sana," paparnya lagi.

Berita Rekomendasi

Tetapi Tanaka juga kadang kesal ada tamu yangf menganggap wanita darinya itu mudah "dibeli" lalu diperlakukan seperti pembantu saja serta tak boleh melawan.

"Kalau sudah demikian dan sang wanita komplain biasanya kita juga turun tangan dan mensosialisasikan sedikit kepada sang tamu agar jangan salah paham mentang-mentang sudah bayar bisa pakai seenaknya."

Lalu bagaimana caranya?

"Salah satunya dengan memberikan penjelasan dulu kepada tamu mengenai hal-hal apa yang tidak boleh dilakukan dan tarifnya serta berbagai etika melakukan seks dengan wanita Jepang yang saya berikan kepada sang tamu."

Setelah dijelaskan dan tamu menandatangani semacam kesepakatan itu, barulah kita lepas dengan wanita tersebut.

"Kalau sudah dua tiga kali biasanya kan tamu itu sudah mengenal dan mengerti ya kita lepas sendiri wanita ke tamu tersebut."

Bagaimana dengan tamu yang ada selama ini kebanyakan warga Jepang atau orang asing?

"Ya kira-kira 50:50 persen sama rata deh tapi ada kecenderungan semakin banyak orang asing karena turis yang ke Tokyo jauh semakin banyak kini orang asingnya," tambahnya.

Tanaka juga menyambut baik tamu dari Indonesia yang mau bersantai dengan wanita di Jepang bisa meng emailnya dulu ke: TokyoStyle@yahoo.com agar bisa dipersiapkan wanita yang terbaik bagi orang Indonesia yang mau didampingi bukan hanya untuk bermain seks tetapi juga mungkin untuk jalan-jalan bersama di Tokyo, tambahnya lagi biar tidak menyasar, tambahnya sambil tersenyum.

Upayanya selama enam tahun terakhir ini diakuinya semkain berbuah bagus dengan tamu yang semakin banyak dan wanita yang dipimpinnya juga semakin banyak kini skeitar 28 wanita cantik seperti model.

"Semua wanita Jepang tidak ada orang asing dan mereka tahu semua apa yang mesti dilakukan supaya bisa memuaskan para tamunya dan usianya juga masih muda-muda semua, dua puluh tahunan."

Lalu ada komplain berat atau masalah dalam bisnis seks selama enam tahun ini?

"Rasanya tak ada yang besar dan tak ada masalah. Hanya soal penjelasan saja perlu kita berikan kepada tamu supaya mengerti dulu apa yang boleh apa yang tidak boleh. Kalau semua jelas ya beres semua. bahasa tak ada masalah kalau soal seks, semua manusia rasanya sama. Itu sebabnya dulu saya bingung mengenap banyak agen bisnis seks di Jepang menolak orang asing hanya karena tak bisa bahasa Jepang. Mereka kan orang asing, mana bisa bahasa Jepang? Kita dong yang harus menyesuaian diri kepada mereka. Lagi pula soal seks gak usah bicara juga bisa kan?" tekannya lagi sambil senyum kembali.

Bagaimana dengan mafia Jepang (yakuza)?

"Tidak ada yang mengganggu saat ini. Kalau ada ya tinggal kita lapor saja ke polisi, kan beres. Gampang kok saat ini yang penting kita berbisnis mengikuti hukum yang ada."

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas