Warga Jepang Menggugat, 70 Ribuan Orang Protes Relokasi Pangkalan Militer AS di Okinawa
Dilansir dari laman Russia Today, Senin (13/8/2018), para demonstran berkumpul di sebuah taman di ibukota perfektur Naha pada Sabtu lalu.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, OKINAWA - Sekitar 70 ribuan orang melakukan protes menanggapi rencana pemerintah Jepang yang akan merelokasi pangkalan udara AS di Pulau Okinawa.
Penduduk setempat mengatakan bahwa pangkalan itu akan merusak lingkungan dan mereka juga mengklaim telah melakukan banyak pengorbanan untuk aliansi keamanan Jepang.
Dilansir dari laman Russia Today, Senin (13/8/2018), para demonstran berkumpul di sebuah taman di ibukota perfektur Naha pada Sabtu lalu.
Mereka mendesak pemerintah pusat agar membatalkan rencana untuk mentransfer Korps Marinir AS dari kota yang padat di Ginowan ke daerah pesisir yang berpenduduk sedikit di Nago.
Warga Okinawa ingin memblokir rencana pemerintah yang hendak menimbun tanah ke Teluk Henoko dalam beberapa hari ke depan untuk membuat lokasi baru.
Sejumlah kelompok yang memiliki concern pada sektor lingkungan mengatakan bahwa konstruksi di teluk beresiko menimbulkan kerusakan pada karang dan ikan duyung, mamalia laut yang hampir punah.
Perlu diketahui, perfektur ini sudah menjadi rumah bagi sebagian besar fasilitas militer AS dan sekitar setengah dari 50 ribu tentara AS telah berada di Jepang.
Pemerintah Jepang berpikir bahwa pangkalan itu diperlukan bagi Jepang untuk mempertahankan pencegahan ancaman keamanan yang telah dirasakan oleh basis militer AS.
Sedangkan warga Okinawa melihatnya sebagai beban yang mereka anggap sangat tidak adil.
Dalam unjuk rasa itu, para peserta juga mengheningkan cipta selama satu menit untuk menghormati Gubernur Okinawa, almarhum Takeshi Onaga yang wafat karena penyakit kanker pada Rabu lalu.
Mereka melakukan hal itu ditengah kampanye basis anti-AS yang agresif terhadap pemerintahan Perdana Menteri Shinzo Abe.
Baca: Politisi PPP, Arwani Thomafi: Sandiaga Uno Santri Polesan dan Disantri-santriin
Deputi Gubernur Kiichiro Jahana yang telah mengambil alih tugas Onaga sebagai Gubernur Okinawa, mengatakan kepada masyarakat setempat bahwa ia akan melanjutkan perjuangan pendahulunya itu untuk menarik kembali persetujuan terkait relokasi pangkalan militer.
Sebelumnya memang persetujuan itu telah diberikan oleh Gubernur pendahulu kepada pemerintah pusat, sebelum Onaga menjabat.
Okinawa selama bertahun-tahun telah diminta untuk berkorban demi daratan Jepang.
Wilayah ini merupakan satu-satunya medan pertempuran Jepang di hari-hari terakhir Perang Dunia II, dan pulau itu tetap berada di bawah kekuasaan AS selama 20 tahun lebih lama jika dibandingkan dengan wilayah lainnya di negara itu.