Jokowi: Energi Perdamaian Dunia Dimulai dari Korea
"Ini menunjukkan bahwa kerukunan dan persatuan antara Korea Utara dan Korea Selatan, perasaan saya mengatakan, mendekati sebuah kenyataan," katanya
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
TRIBUNNEWS.COM, SEOUL - Dalam forum dialog di Hankuk University of Foreign Studies (HUFS), Seoul, Korea Selatan, seorang mahasiswa Korea Selatan, Park Ju Yeon bertanya apa pendapat Presiden Jokowi mengenai bersatunya Korea Utara dan Korea Selatan.
Presiden Jokowi menuturkan dirinya sangat senang dengan adanya pertemuan antara Presiden Moon Jae-in dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un.
Baca: Dialog dengan Mahasiswa Korea, Presiden Jokowi Berikan Tips Menjadi Pemimpin
Selain itu, Kepala Negara juga merasa gembira saat PM Korea Selatan dan Deputi PM Korea Utara juga bersama-sama datang di Asian Games.
"Ini menunjukkan bahwa kerukunan dan persatuan antara Korea Utara dan Korea Selatan, perasaan saya mengatakan, mendekati sebuah kenyataan. Dan kita harapkan betul-betul nanti menjadi sebuah kenyataan, sehingga energi perdamaian dunia itu dimulai dari Korea," kata Presiden dalam keterangan pers Biro Pers Istana Kepresidenan, Selasa (11/9/2018).
Pertanyaan ketiga datang dari seorang alumni yang lulus dari jurusan bahasa Indonesia 20 tahun yang lalu, Park Jong Hyun. Kepada Presiden ia bertanya mengenai kebijakan baru Presiden Moon Jae-in, New Southern Policy.
"Jadi kemarin saya berbicara banyak dengan Presiden Moon Jae-in mengenai New Southern Policy. Bagaimana Korea Selatan akan melihat ke depan yaitu negara-negara Asia. Saya menawarkan banyak hal, terutama tentu saja Indonesia, karena sejak dulu Indonesia dan Korea Selatan adalah mitra strategis," kata Presiden.
Secara lebih rinci Presiden menyebutkan bahwa 40 persen penduduk ASEAN dan 45 persen GDP ASEAN itu ada di Indonesia.
"Apa yang saya tawarkan saat itu? Kemarin kepada Presiden Moon bahwa Indonesia sangat terbuka untuk Korea Selatan. Yang pertama di bidang industri kreatif. Keberhasilan Korea Selatan dalam menaikkan K-Pop ke seluruh penjuru dunia bisa dikolaborasikan dengan Indonesia," jawabnya.
Selain itu, Presiden mengatakan bahwa Indonesia adalah tempat yang paling strategis untuk masuk ke pasar-pasar di ASEAN, pasar-pasar di New Zealand, dan Australia. Selain karena sumber daya manusia di Indonesia siap, sumber daya alam di Indonesia juga disebut Presiden siap.
"Sehingga kita bisa bersama-sama bekerja dalam rangka mengekspor produk-produk yang dihasilkan bersama antara Korea dan Indonesia," lanjutnya.
Sekarang ini, kata Presiden, telah ada kerja sama besar antara Korea Selatan dan Indonesia yaitu di pembangunan pabrik baja antara Krakatau Steel dan Posco. Sebuah pabrik baja yang sangat besar diharapkan nanti akan menghasilkan kurang lebih 10 juta ton besi baja yang bisa memberikan kontribusi pada pembangunan di ASEAN dan juga di sekitar Asia.
Baca: Dua Ormas Bentrokan di Jalan Siliwangi Pamulang, Diduga Rebutan Lahan
"Saya kira kalau kerja sama ini makin ada kepercayaan, ada saling membutuhkan, saling menguntungkan antara Korea dengan Indonesia, Korea dengan Asia, saya kira ekonomi kita akan tumbuh bersama-sama dengan baik. Tumbuh bersama-sama dengan baik dan saling menguntungkan," tandasnya.
Setelah sesi tanya jawab berakhir, Presiden mendapatkan kenang-kenangan dari Hankuk University of Foreugn Studies (HUFS) berupa jaket almamater yang langsung dikenakan saat itu juga.